Tuesday, September 27, 2016

Penyakit Pada Kucing, Pecinta Kucing Wajib Tau

sumber: google.co.id

Selain anjing, kucing menjadi pilihan banyak orang sebagai hewan kesayangan. Selain penampilan yang lucu dan menggemaskan kucing juga tidak membutuhkan pemeliharaan yang merepotkan. Kucing dapat dilatih untuk menjadi hewan peliharaan yang baik dan pintar, sebagai teman di rumah maupun saat-saat bepergian.Sama dengan kucing, perawatannya harus bersih dan disertai asupan gizi yang baik untuk mendapatkan kucing yang selalu bersih dan sehat. Perawatan kesehatan sangat penting artinya untuk menjaga kucing agar terhindar dari segala penyakit. Berikut beberapa penyakit yang sering menginfeksi kucing.

1. PENYAKIT RESPIRASI KOMPLEKS PADA KUCING

Penyakit ini dikatakan kompleks karena dalam satu hewan yang menderita mungkin ditemukan campuran keadaan konjungtivitis, lakrimasi, salvias dan ulserasi oral.
Penyebab yang paling sering menyebabkan masalah seperti di atas adalah feline viral rhinotracheitis (FVR), feline calicivirus infection (FCV), feline pneumonitis (Chlamydia psittaci) dan Mycoplasma.

Etiologi
Infeksi saluran respirasi atas sekitar 40-45 % disebabkan oleh FVR dan FCV dan sisanya disebabkan oleh Chlamydia psittaci, Mycoplasma dan reovirus.

Cara Penularan
Penularan penyakit umumnya melalui aerosol droplet, muntahan, pemeliharaan yang tercemar hewan sakit kemudian secara tidak langsung menularkan ke kucing sehat.

Masa inkubasi infeksi FVR dan FCV berkisar 2-6 hari, sedangkan pneumonitis 5-10 hari. Adanya stress yang terjadi pada hewan penderita kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya infeksi ikutan.

Gejala Klinis
Infeksi FVR ditandai dengan demam sampai 40,5°C, kucing sering bersin. Konjungtivitis dan rhinitis yang timbul didahului oleh leleran serous, kemudian berubah menjadi mukopurulen. Kucing tampak depresi dan anoreksia.

Pada kucing yang sakitnya parah ditemui ulseratif stomatitis yang berlangsung 5-10 hari dan bisa bertahan sampai 6 minggu.
Infeksi calicivirus memunculkan gejala yang sangat beragam. Galur virus calici yang predileksinya pada rongga mulut dan jaringan subepitel jaringan paru-paru terjadi ulserasi pada lidah, langit-langit menjadi keras dan nostril menimbulkan ulserasi, sedangkan infeksi pada paru-paru dapat menimbulkan oedema pulmonum atau pneumonia interstisialis.

Galur virus calici lainnya dapat menimbulkan “limping syndrome” yaitu menimbulkan gejala pincang, demam ringan, dan rasa nyeri pada sendi. Kucing yang diserang biasanya yang berumur 8-12 minggu. Galur lainnya menimbulkan lymphocytic-plasmacytic gingivitis yang disertai dengan stomatitis, terjadinya demam, nafsu makan turun dan depresi.
Infeksi Chlamydia psittaci menimbulkan gejala yang menonjol berupa konjungtivitis, leleran mata serous atau mukopurulen.
Infeksi Mycoplasma bisa menyerang mata dan saluran respirasi bagian atas, dan biasanya dicirikan dengan oedema yang parah pada konjungtiva dan rhinitis yang terjadi sifatnya kurang parah.
Kejadian penyakit respirasi kompleks pada kucing jarang ditemukan kejadiannya pada hewan tua atau hewan yang telah diimunisasi dengan baik.

Diagnosa
Diagnosa penyakit berdasarkan tanda-tanda berupa bersin, konjungtivitis, rhinitis, lakrimasi, salivasi, ulkus mulut dan dispnoea. Pada FVR cenderung menimbulkan gangguan pada konjungtiva dan saluran hidung, virus calici menyebabkan gangguan pada mukosa mulut dan saluran respirasi bagian bawah. Chlamydia menimbulkan konjungtivitis ringan yang kronis. Diagnosa yang tepat terhadap penyakit ini dengan melakukan isolasi dan identifikasi agen.

Pencegahan dan Pengobatan
Pengobatan terutama ditekankan untuk memperbaiki kondisi tubuh (terapi suportif). Pengobatan dengan antibiotika berspektrum luas misalnya pemberian tetrasiklin dapat melawan infeksi ikutan terhadap Chlamydia. Untuk menghilangkan sekresi yang liat (tenacious) dapat dilakukan nebulisasi, atau pemberian tetes hidung ephedrine sulfat dalam larutan 0,25 % yang dikombinasikan dengan antibiotika mampu menurunkan leleran hidung.

Salep mata yang mengandung antibiotik (tetrasiklin) diberikan 5-6 kali sehari untuk mencegah iritasi kornea dari eksudat yang mongering. Hewan yang menderita dispnoea perlu diberikan terapi oksigen dan apabila terjadi dehidrasi diberikan terapi cairan.
Esofagotomi dan pencucian lambung pada kucing yang sakitnya parah dapat dilakukan untuk meringankan penyakit. Antihistamin chlorpheniramine dapat diberikan per oral dengan dosis 8 mg untuk kucing dewasa dan 4 mg untuk kucing anak pada awal kejadian penyakit.

Pencegahan dilakukan dengan melaksanakan vaksinasi dengan vaksin FVR-FCV parenteral:
1. pada anak divaksin saat umur 3-4 minggu dan diulang 3-4 minggu kemudian sampai di atas 2 minggu.
2. Sedangkan kucing di atas 9 minggu dilakukan imunisasi langsung dan diulang 3 minggu kemudian. Ulangan selanjutnya dilakukan setiap tahun.
3. Vaksin tetes FVR-FCV, diteteskan langsung ke dalam kantung konjuntiva dan lubang hidung.
- Imunisasi di bawah umur 12 minggu biasanya menimbulkan bersin-bersin setelah 4-7 hari imunisasi.
- Imunisasi diulang saat kucing berusia 12 minggu dan imunisasi selanjutnya dilakukan setiap tahun.
4. Vaksin lain yang sering digunakan yaitu kombinasi FVR-FCV dengan feline Panleukopenia, yang tersedia berbentuk aktif dan inaktif dan diberikan secara parenteral. Vaksin lain juga tersedia yaitu kombinasi vaksin Chlamydia-FVR-FCV-dan feline Panleukopenia.

1. Panlekopeni Pada Kucing

Penyakit ini disebut juga Enteritis Pseudo-membranosa Feline Infectious Enteritis, Feline Distemper.
Panlekopeni kucing adalah penyakit yang sangat menular terutama pada kucing-kucing muda dan secara klinis ditandai dengan lekopeni, muntah dan diare. Infeksi kuman-kuman sekunder menyebabkan penyakit bersifat lebih parah. Angka kematian penyakit ini sangat tinggi.

Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus dari golongan parvovirus. Virus ini erat hubungannya dengan virus yang menyebabkan enteritis pada mink.

Epizootiologi
Bila induk kucing imun menyusui anaknya maka anak kucing itu memperoleh kekebalan melalui air susu induknya. Selama 3-12 minggu anak kucing itu secara pasif kebal. Sesudah itu hingga umur kira-kira 6 bulan anak kucing lambat laun aktif tanpa memperlihatkan gejala penyakit secara klinis.

Umumnya infeksi terjadi melalui pernafasan dan alat digesti. Secara eksperimen kucing dapat ditulari melalui bermacam-macam cara. Virus terutama bereplikasi dalam sel-sel yang sedang mensintesa DNA secara aktif. Replikasi virus sebagian besar terjadi dalam kelenjar imfe, limpa, sumsum tulang dan timus. Invasi virus dalam bagian tubuh ini menyebabkan limfo dan lekopeni. Sesudah replikasi virus memasuki dinding usus. Hal ini mengakibatkan degenerasi dan nekrosa epitel usus.

Pada anak kucing yang ditulari in utero atau hari-hari pertama sesudah lahir maka terutama sel-sel lapisan butir dan sel-sel lapisan purkinya pada serebelum diserang (hipoplasi serebelum).
Kucing yang tertular menyebarkan virus melalui feses, urin, air liur pada stadium inkubasi dan klinis. Kucing yang sembuh juga mengeluarkan virus selama beberapa hari. karena virus itu resisten maka sirkulasi virus menjadi mudah.

Gejala Klinis
Kucing-kucing dewasa biasanya mempunyai kekebalan terhadap penyakit ini walaupun sewaktu muda tidak menderita penyakit. Biasanya panlekopeni ini menyerang kucing yang berumur kurang dari satu tahun yang tidak divaksinasi. Waktu inkubasi penyakit adalah 2-10 hari dengan rata-rata 6 hari. Dalam taraf penyakit ini terjadi lekopeni dan yang berkurang adalah jumlah limfosit.

Selama 24 jam sesudah gejala klinis timbul, maka kucing menderita demam, muntah-muntah, hilang nafsu makan dan bersifat sangat letargis (indolen). Kucing yang sakit biasanya berbaring di tempat dingin dekat air (selokan), bulu kering dan kusam, turgor kulit berkurang. Sesudah 24-48 jam pertama maka suhu badan turun, kebanyakan infeksi kuman-kuman sekunder menyebabkan suhu badan tinggal tinggi atau bersifat intermittens.
Sesudah beberapa hari maka terlihatlah diare yang mengotori bagian belakang kucing. Mata surut dalam rongganya dan membrana niktitans yang pucat menutup sebagian mata. Palpasi abdomen menyebabkan rasa nyeri. Biasanya kucing mati sesudah sakit 3-4 hari. bila kucing sembuh dan hal ini jarang sekali terjadi, maka lambat laun suhunya menjadi normal lagi.

Pada anak kucing yang masih menyusu menyebabkan terjadinya hipoplasia serebral dan kucing berjalan ataktis, kucing mati secara akut tanpa memperlihatkan gejala klinis.

Diagnosa
Diagnosa terhadap penyakit ini dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, akan tetapi pada infeksi yang bersifat komplikasi dan mati tanpa memperlihatkan gejala klinis yang jelas maka diagnosa menjadi sulit. Yang penting menjadi pegangan adalah lekopeni.

Diagnosa Banding
Sebagai diagnosa banding dari penyakit ini yang penting adalah memperhatikan enteritis oleh berbagai sebab baik keracunan, benda asing dan sepsis. Toksoplasmosis akut dapat disamakan dengan panlekopeni.

Pencegahan dan pengobatan
Pencegahan dari penyakit ini adalah melalui vaksinasi kucing secara teratur. Pada anak kucing dapat dilakukan vaksinasi dengan vaksin inaktif sebanyak 2 kali yaitu pada umur 10-12 minggu dan diulang pada umur 16-20 minggu. Vaksin hidup biasanya diberikan satu kali pada umur 3 bulan.

Sedangkan vaksin hidup tidak boleh digunakan pada kucing bunting atau anak kucing (sangat muda). Injeksi vaksin hidup dianjurkan tiap-tiap 2 tahun.
Hewan yang sakit diberikan terapi simptomatis. Larutan garam faali dan pemberian antibiotika menjadi pilihan utama. Serum imun dapat diberikan dalam keadaan darurat.

2. Feline Leukemia (Feline Lymphosarcoma atau Lekosis)

Yang dimaksud lekosis kucing adalah proliferasi ganas sistem hemopoietis pada kucing. Penyakit ini mungkin sekali tersebar di seluruh dunia, dan kerugian ekonomi yang ditimbulkan terbatas. Lekosis kucing dan yang menginfeksi lembu sangat berguna sebagai model untuk mempelajari gerak sebab leukemia pada manusia.

Etiologi
Penyakit leukemia kucing disebabkan oleh retrovirus atau dikenal sebagai feline lekosis virus (FeLV) yang tergolong dalam keluarga (subfamily) retroviridae. Pada kucing ditemukan dua kelompok retrovirus. Satu dari dua kelompok itu dapat menyebabkan lekosis. Kelompok kedua terdiri dari satu atau lebih retrovirus yang bersifat endogen (hidup laten dalam sel) dan xenotroop (dapat bereplikasi dalam sel biakan spesies lain dan tidak menimbulkan lekosis pada kucing.

Cara Penularan
Virus FeL tersebar melalui kontak. Kucing terinfeksi mengeluarkan virus melalui air liur. Kucing yang pada pemeriksaan darah dengan tes imunoflouresensi nyata membawa antigen virus hendaknya dimusnahkan.
Lekosis kucing dapat dipindahkan pada kucing muda melalui infeksi hewan mati atau material yang telah disaring.

Gejala Klinis
Lekosis pada kucing ditemukan pada kucing semua umur, tetapi yang paling banyak ditemukan pada kucing berumur muda atau di bawah 5 tahun.

Inkubasi penyakit ini sangat panjang yaitu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Umumnya gejala klinis tidak ditemukan atau kurang khas. Kucing sakit menderita demam dan anemia yang bersifat progresif. Pada palpasi abdomen limpa dan hati yang bengkak.

FeLV juga dapat menimbulkan bermacam-macam gambaran penyakit seperti limfosarkoma, leukemi disertai anemia progresif dan terjadi atrofi timus pada anak kucing dengan gejala yang menyerupai panlekopenia pada kucing muda.
Jangka waktu penyakit bervariasi antara 2-6 bulan. Lekosis pada kucing dianggap sebagai tumor yang terbanyak ditemukan pada kucing.

Diagnosa
Diagnosa ditetapkan berdasarkan gejala klinis dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium, memeriksa material hewan atau biakan sel kucing terinfeksi. Tes imunoflouresensi dapat digunakan untuk memeriksa sediaan ulas darah dan sumsum tulang. Kucing yang pada pemeriksaan positif mempunyai prognosa jelek walaupun masih sehat pada waktu pemeriksaan.

Diagnosa Banding
Demam, anemia, bengkak limpa dan kalenjar dapat ditemukan pada anemia menular (disebabkan oleh Haemobartonella felis), toxoplasmosis, peritonitis menular, infeksi bakterial menahun dan tumor ganas dapat menimbulkan gejala yang sama.

Pemberantasan
Kucing yang positif terinfeksi virus ini sebaiknya dimusnahkan meskipun kelihatannya sehat untuk menghindari penularan lebih lanjut terhadap kucing-kucing lain yang sehat.

3. Rhinotracheitis

Rhinotracheitis dikenal juga sebagai penyakit bersin atau Feline Viral Rhinotracheitis (FVR) adalah penyakit akut pada bagian muka jalan respirasi kucing. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia di mana ada kucing dipelihara.

Etiologi
Penyakit bersin kucing ini disebabkan oleh Herpesvirus golongan A. Virus ini termasuk virus DNA beruntai ganda, bersimetri ikosahedral dan mempunyai selubung protein.

Cara Penularan
Feline Viral Rhinotracheitis (FVR) baru dikenal sebagai penyakit sendiri sewaktu banyak kucing dipelihara bersama. Infeksi diduga terjadi per inhalasi. Virus bereplikasi dalam epitel jalan hawa muka, konjunktivita dan mengakibatkan nekrosa lokal. Pengeluaran virus terjadi antara lain melalui sekret hidung, konjunktivita dan urin.
Penularan dapat berjangkit dalam satu koloni kucing secara laten. Hewan yang sembuh masih dapat peka lagi terhadap infeksi virus ini. Perubahan lingkungan diduga dapat mengaktifkan infeksi. Kucing dapat ditulari lewat berbagai jalan antara lain intranasal dan per vaginam.

Gejala Klinis
Masa inkubasi berlangsung antara 2-5 hari. Semua umur kucing peka terhadap infeksi virus ini dan kucing berumur muda biasanya berjalan lebih parah.

Pada sebagian kasus penyakit khususnya kucing yang lebih tua lebih ringan. Gejala klinis pertama ialah bersin dan hipersalivasi, kemudian terlihat produksi air mata berlebihan. Terjadi laryngitis, faryngitis dan tracheitis yang menyebabkan kucing batuk-batuk. Selaput lender hidung dan kerongkongan kelihatan terlalu merah diikuti membengkaknya tonsil.

Sekali-kali terlihat oedema menyolok pada membrana niktitans. Demam dapat mencapai suhu di atas 40 °C, kucing memperlihatkan depresi dan tidak mau makan dan minum.
Pada kucing muda yang sesudah lahir langsung diinfeksi (secara intrauterine) maka infeksi dapat bergeneralisasi dan kucing mati dalam beberapa hari. adanya infeksi sekunder seperti Pasteurellosis dapat mempercepat kematian.

Diagnosa
Diagnosa didasarkan atas pemeriksaan klinis, pemeriksaan histopatologi dan pemeriksaan laboratorium. FVR tidak dapat dibedakan dari keadaan menular pada jalan pernafasan yang disebabkan oleh calicivirus. Keduanya berlangsung dengan bersin, batuk-batuk, dan pengeluaran eksudat.

Diagnosa Banding
Infeksi Calicivirus dan Panlekopenia merupakan dua penyakit yang dapat dijadikan diagnosa banding. Pada Panlekopenia gejala yang terlihat adalah gejala-gejala dari traktus digestivus, muntah-muntah dan diare. Pada Panlekopenia ditemukan lekopeni yang parah sedangkan pada FVR sekali-kali ditemukan lekositosis.
Pada infeksi Calicivirus maka rhinitis biasanya bersifat mucus dan jarang berubah menjadi purulen. Diferensiasi secara virologist dapat dilakukan.

Pencegahan
Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan vaksinasi terhadap kucing. Vaksinasi dilakukan secara intranasal atau intramuskuler pada umur 9-12 minggu. Vaksin FVR dapat dikombinasikan dengan pemberian vaksin untuk melawan infeksi Calicivirus.

4. Peritonitis Menular

Peritonitis menular atau Feline Infectious Peritonitis (FIP) dalam bentuk klasik adalah penyakit yang berjalan progresif dan umumnya fatal pada kucing. Umumnya pada kucing ditandai dengan peritonitis yang bersifat sero-fibrinosa atau dalam rongga perut tertimbun cairan yang banyaknya bervariasi dan mengandung banyak fibrin.

Penyakit ini baru dikenal dalam tahun 1960-an dan pertama kali di temukan di Amerika Serikat. Dalam tahun-tahun berikutnya penyakit ini ditemukan di banyak negara Eropa.

Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang tergolong dalam family Coronaviridae. Virus ini berbentuk pleomorfik dan berdiameter 100 nm. Virus FIP erat hubungannya dengan coronavirus anjing dan coronavirus 229E pada manusia.

Cara penularan
Infeksi virus FIP hanya ditemukan pada kucing dan umumnya ditemukan secara sporadik. Mengenai cara infeksi terjadi sesungguhnya belum jelas. Virus ditemukan dalam darah dan eksudat kucing sakit. Sebagian besar infeksi berlangsung secara subklinis.

Pada kucing yang terinfeksi ditemukan antibodi spesifik dengan titer tinggi, disamping itu kucing memperlihatkan hipergammaglobulinemia. Pada penyakit ini mungkin kompleks antigen-antibodi dan komplemen memegang peranan.

Gejala Klinis
Mungkin sekali waktu inkubasi pada infeksi alami berlangsung beberapa bulan. Sesudah infeksi secara eksperimental waktu inkubasi biasanya lebih pendek. Penyakit mulai dengan gejala-gejala tidak khas, kehilangan nafsu makan, lesu, suhu tinggi dan kemudian terjadi asites.

Palpasi abdomen tidak menimbulkan gejala nyeri walaupun peritonitis telah berkembang. Sekali-kali terjadi pleuritis dengan pembentukan cairan dalam toraks sehingga kucing sesak nafas. Gejala saraf biasanya terlihat seperti paresis, ataksis, gangguan koordinasi, hiperestesi dan kekejangan. Biasanya kucing mati dalam 1-8 minggu sesudah terlihat gejala-gejala jelas.

Diagnosa
Diagnosa ditetapkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan histopatologis dan pemeriksaan laboratorium. Pada kasus-kasus klasik, diagnosa tidak sulit. Bila kucing di punksi maka dari ruang abdomen keluar cairan berlendir dan sebagian akan membeku bila kena udara luar. Secara histopatologi ditemukan lesi berbentuk granuloma dan biasanya nekrosa ditemukan pada serosa dan alat-alat tubuh.

Pemeriksaan laboratorium dengan tes imunoflouresensi indirek dilakukan untuk membuktikan adanya antibodi. Pada kucing yang secara klinis kelihatan sehat dapat ditemukan badan-badan penangkis. Titer yang sangat tinggi hanya terlihat pada kucing yang klinis menderita FIP.

Diagnos Banding
Penggumpalan cairan dalam rongga perut dan dada menimbulkan dugaan mengenai adanya gangguan jantung, tumor, piometra, sobek kandung kencing dan peritonitis oleh infeksi bakteri dan jamur.

Kelainan-kelainan pada mata selain pada FIP juga ditemukan pada toksoplasmosis dan leksosis. Gejala saraf ditemukan pada toksoplasmosis, infeksi mikotis, dan ensefalopati bacterial.

Pencegahan dan Pengobatan
Bila diagnosa FIP sudah ditentukan maka prognosanya sulit. Untuk pencegahan, vaksinasi belum ada. Kucing yang terinfeksi sebaiknya disingkirkan/musnahkan.

No comments: