Sunday, March 19, 2017

Vaksin berbumbu Terobosan: Imunoterapi Indikator Perubahan


Dalam kehidupan kita sehari-hari kita dapat mengamati dan menjalani sesuatu yang aktivitas yang bersifat “biasa dan rutin”. Kebiasaan itu kadang-kadang seperti rel kehidupan yang senantiasa kita lalui tanpa perlu kendali otak yang berlebihan. Sampai-sampai kita takut berjalan di luar “rel kebiasaan” itu. Pada beberapa orang bisa berlaku bahwa kebiasaan ini sebagai suatu kebenaran dan bahkan pantang dimodifikasi apalagi dilanggar. Tanpa kita sadari kebiasaan ini bisa menjadi penjerat yang membelenggu kita sehingga kita menjadi manusia yang sulit berubah atau bahkan takut berubah. Padahal mahluk yang unggul dan survive di atas bumi ini adalah bukan yang terkuat atau terbesar tetapi mereka yang mau berubah dan beradaptasi. Perubahan bagi sebagian orang adalah sesuatu yang menakutkan, karena merupakan wujud ketidakmapanan…tanpa sadar mungkin diri kitapun sering dihantui oleh ketakutan akan perubahan. Perubahan memang menawarkan hal yang baru, yakni perubahan kea rah lebih baik atau lebih buruk atau hamper sama saja. Ketakutan semacam ini sangat wajar menghinggapi perasaan setiap orang. Tidak sedikit orang yang mau berubah karena terpaksa, tetapi ada pula yang orang yang berusaha untuk berubah karena menyadari bahwa tanpa perubahan kualitas hidupnya akan mandeg atau bahkan menurun. Orang yang mudah dan tanggap akan perubahan disebut sebagai orang-orang yang kreatif dan konstruktif. Mereka yang sulit berubah disebut orang konservatif. Sifat-sifat ini terdapat pula pada para peneliti dengan kadar yang bervariasi. Pendapat umum adalah sulit menyembuhkan suatu penyakit virus dengan aplikasi “obat” sehingga kontrol penyakit viral lebih banyak dilakukan dengan penerapan biosekuriti dan vaksinasi. Meskipun kemudian ditemukan beberapa obat penyakit viral yang bekerja mengganggu proses replikasi dan assembling virus di dalam sel inangnya.

Di dunia kedokteran hewan “intervensi pengobatan” mungkin lebih mudah dilakukan meskipun demikian aspek “animal welfare” tetap diperhatikan. Banyak obat-obatan yang harus dicobakan pada hewan coba sebelum diaplikasikan ke manusia. Namun dalam kondisi “darurat”, yakni dalam kondisi tanpa pilihan lain kita harus berani “keluar rel” dari pakem yang umum digunakan. Misalnya dalam pengobatan, jika diobati dengan cara klasik pasti tidak sembuh dan berakhir dengan kematian dan bila diobati dengan “terobosan baru” ada peluang dan menjanjikan kesembuhan, maka cara pengobatan terobosan ini kadang-kadang dipilih. Salah satu contoh adalah treatment menggunakan IgY murni terhadap penyakit parvo pada anjing yang diproduksi pada telur ayam. IgY spesifik terhadap virus parvo bisa diproduksi di dalam kuning telur dan bisa dimanfaatkan dalam “pengobatan penyakit” tersebut asal diaplikasikan secara intravena dan dengan dosis pengobatan tertentu. Biasanya penanganan dan pencegahan penyakit parvo dilakukan dengan vaksinasi. Namun dalam kondisi tertentu kegagalan vaksinasi bisa terjadi dan infeksi serta penyakit secara klinis bisa terjadi dan dokter menetapkan prognosa sebagai infausta(kecil kemungkinan bisa sembuh).  Dalam kondisi seperti ini aplikasi IgY murni yang spesifik terhadap virus parvo diaplikasikan secara intravena menunjukkan hasil yang menggembirakan, yakni mampu menyembuhkan anjing yang sebelumnya dinyatakan infausta oleh dokter hewan. Informasi ini dituangkan dalam satu disertasi doktor yang telah dipertahankan dalam ujian terbuka oleh promovenda drh I Gusti Agung Ayu Suartini, MSi. Konsep ini sesungguhnya merupakan aplikasi pengebalan pasif. Intinya adalah bahwa antibody spesifik yang diberikan secara pasif mampu melakukan netralisasi virus pada individu (baca: anjing) yang mengalami serangan penyakit parvo yang parah. Pertanyaan yang bisa muncul dari fenomena ini: Mungkinkah cara ini bisa diterapkan untuk penyakit lain yang bersifat sistemik? Mungkinkah konsep ini bisa diterapkan dalam pengobatan untuk manusia yang mengalami infeksi lanjut akibat infeksi flu burung atau Ebola atau penyakit lainnnya? Karakter immunoglobulin telur (IgY) memang unik bila dibandingkan dengan immunoglobulin mamalia (IgG) karena tidak menginduksi respon reaksi peradangan, karena tidak mengaktkan komplemen. Ini adalah fakta yang dikemukakan dan tentu bisa diuji kembali sebelum diterapkan untuk pengobatan yang bersifat lebih masal. Maukah para dokter mencoba? Maukah kita memberi peluang terhadap terobosan pengobatan seperti ini? Seperti dikemukakan di atas, “berubah” itu tidak mudah dan “mungkin “terobosan” seperti ini belum dianggap jamak, lebih-lebih pada pengobatan untuk manusia. Tidak jarang ilmuwan mendapat kritikan atau bahkan “caci-maki” dari rekannya karena mengemukakan sesuatu yang dianggap “tidak lazim”. Banyak contoh untuk hal ini, misalnya Louis Pasteur yang menumbangkan konsep abiogenesis yang telah berabad-abad diyakini kebenarannya, Mendel yang menerangkan sifat-sifat yang diturunkan (gen) secara matematis dan ilmuwan lain yang sampai mempertaruhkan keselamatan jiwanya untuk “kebenaran”. Kesimpulan tulisan ini adalah: 1). Telur dapat digunakan sebagai pabrik biologis untuk memproduksi zat berkhasiat untuk berbagai penyakit, 2) penerapan imunoterapi untuk penyakit sistemik tertentu membuka peluang untuk meningkatkan daya hidup pasien, 3) diperlukan keberanian untuk berubah dalam penerapan terapi yang sudah tentu dilandasi oleh scientific evidenceyang sah. Mengakhiri tulisan ini saya mengajak kepada sidang pembaca untuk memberi peluang perubahan dalam slot pikiran dan tindakan kita sehingga kita tidak terjerat dan terbelenggu dengan “nilai-nilai” yang kita buat sendiri dan kita yakini sebagai kebenaran abadi. Keberlangsungan kehidupan suatu mahluk hidup di planet ini bukan ditentukan oleh mereka yang paling kuat atau paling banyak tetapi ditentukan oleh seberapa efekktif dia mau berubah. Semoga kita diberi keberanian berubah dalam menyongsong kehidupan hari ini dan masa-masa mendatang.



Prof. I Wayan Teguh Wibawan adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Ketua Komite Kesehatan Unggas Nasional dan Staf Ahli Majalah Poultry Indonesia.

Antigen dan Imunogen


Antibody Generating Substances (antigen), senyawa yang mampu meng induksi pembentukan antibodi. Senyawa ini bisa berupa: protein, karbohidrat. Lipoprotein, lipopolisakharida, asam inti, yang ada pada makhluk hidup bsik sebagai struktur tubuhnya atau metabolit yang dihasilkannya (toksin, enzim, dll). Antibodi yg dihasilkan spesifik terhadap penginduksinya, apakah berupa faktor virulen atau bukan. Jika berupa faktor virulen secara lebih khusus disebut imunogen. Sifat senyawa yg mampu menginduksi antibodi ini disebut sifat: antigenik.

Imunogen adalah immunity Generating dubstances, substansi (berupa faktor virulen suatu agen) yang mampu menginduksi munculnya imunitas/kekebalan. Antibodi yg terbentuk bersifat spesifik thd faktor2 virulen kuman, jadi berupa antibodi/imunoglobulin protektif. Sifat mampu menginduksi imunitas disrbut:.imunogenik. Suatu imunogen pasti tetmadik antigen tetapi tidak semua antigen adalah imunogen.

Apa syarat2 suatu senyawa bersifat antigenik?
1. Berupa alien -(um), asing bagi yg dipapar.
2. Lebih berat dari 10 kD.
3. Strukturnya rumit/kompleks, globular bukan lurus dan sederhana.
4. Mudah dicerna (oleh makrofag dicerai-berai).

Sifat asing penting. Adakah substansi yg tidak antigenik? Ada, yaitu substansi yg memiliki struktur sama/mirip dg struktur tubuh host/inang. Apa contohnya? Contoh: asam hyaluronat, asam sialat pada kapsul bakteri (streptococcus suis, S. zooepidemicus, Pasteurella sp., dll). Adam hyaluronat dimiliki juga oleh tubuh, berfungsi sebagai perekat/lem antar sel satu dg lainnya. Jd tidak dianggap ading oleh tubuh, ini jg salah satu cara mikroba berkelit dr sistem imun yg disebut mimikri.

Apa itu sistem kebal?
Sebelum menjawab marilah kita pahami bahwa semua aktivitas biologis mahluk adalah merupakan perubahan bentuk/transformasi energi. Energi dari matahari yg berubah jadi makanan/pakan. Pakan atau pangan yang baik menentukan sebahian besar (70 persen) performans. Jika pakan atau pangan gak bener jangan ngomong yang lain dah....penyakit pasti ngikut, produksi pasti jelek.....so jika pakan ok.......70 persen masalah telah teratasi.


Sistem kebal ada 2 macam ada yang tidak spesifik, tidak memandang apa itu virus, bakteri, pernah ketemu sebelumnya atau baru ketemu direspon atau dihadapi dengan cara yang sama. Beda denga yang spesifik, milih2....dan setia...spesifik atau maunya khas. Ini kerja antibodi/imunoglobulin (humoral mediated immunity) dan sel Tc.(cellular med. Immunity).

Kekebalan non spesifik.
Kulit dan mukosa yg intak/mulus adalah barrier pertama. Jadi semua hal yg membantu kemulusan kulit dan mukosa harus kita lakukan. Makanan yg seimbang adalah KUNCI. Secara khusus peran vit C, vit A dan vit E serta lingkungan nyaman, no amoniak, no debu, dll yang iritan harus dihindari. Yang berikut adalah sel-sel makrofag (sel histiosit, sel Kupffer, sel debu/dust cells, sel Langerhans, dendritic cells) dan sel mikrofag atau lebih populer dg nama PMN/granulosit (neutrofil, eosinofil dan basofil). Kedua kelompok sel ini memiliki kerja fagositosis. Membunuh, memfraksinasi, nenampilkan antigen (khususnya sel APC=makrofag sebagai antigen presenting cells). Selesai tugad respon imun non spesifik. Tapi ingat.....ini ada kaitannya dengan respin imun spesifik. Why?


Apa kaitanya respon imun nonspesifik dg yg sepesifik?

Setelah APC menyajikan antigen-antigen di permukaan selnya maka datanglah sel Th (diproduksi dlm Thymus) berinteraksi dengan antigen dg perantara ikatan MHC II dan CD4. Sel Th berproliferasi mengeluarkan sitokin (sms-nya sel) dan mengirimkan pesan/signal kpd sel B (dihasilkan dlm Bone marrow atau Bursa) agar sel B memproduksi antibodi yang cocok dengan antigen yg dipresentasikan di permukasn APC. Sel B matang menjadi sel plasma dan memproduksi antibodi spesifik, khad untuk antigen ybs. Note: ada banyak antigen yg dipresentadikan do permukaan sel APC. Setiap epitop antigen direspon oleh 1 clone srl Th dan 1 clone sel B. Jika misalnya ada 10 epitope antigen yg terekspresi maka ada 10 clone sel Th dan 10 clone sel B yg berperan. Yg masing2 kelompok clone sel B memproduksk antibodi untuk 1 epitope antigen. Semua antibodi untuk masing2 clone tercurah ke dalam sirkulasi darah, bergabung, bercampur kita menyebutnya antibodi poliklonal yg ada di dalam serum. Coba dicamkan...what is the beyond of this? Antibodi dibentuk sedemikian rupa...dimanapun....jangan ada petsepsi yg salah seolah-olah antibodi monoklonal dan poliklonal dibentuk dg prinsip dan cara yang beda. Kesimpulan: antibodi dibentuk dg prinsip 1 clone sel Th...one clone sel B for every 1 epitope....

Respon imun spesifik terdiri dr 2:
1. Humoral Mediated Immmunity(HMI)
2. Cellular Mediated Immunity (CMI)

HMI diperankan oleh antibodi atau imunoglobulin yg beredar di dalam darah dan caiean tubuh lainnya. Antibodi berfungsi sebagai 1). Inhibin, menghambat perlekatan agen ke reseptor sel target, 2) presipitin, mengendapkan agen yg berbahaya, 3) aglutinin, menggumpalkan agen yg berbahaya, 4) opsonin, mengikat agen dan mencuatkan Fc shg mudah dikenali makrofag krn mkrofag punya Fc-reseptor. 5). Ag-Ab complex memicu aktivasi complement dr C1 sd C9 dlm suatu reaksi "cascade"/sperti air terjun. Ala itu? Sabar ya nanti sampai juga.


HMI berfungsi menghambat dan menentralkan efek agen selama agen ada di luar sel dg 5 cara di atas tadi.
Sedangkan CMI bekerja jika ada agen masuk ke dalam sel, akibat lolos tdk tertangani oleh antibodi. Sel yg terknfeksi td dihancurkan oleh sel T-cytotocix (Tc). Agar agen keluar sel dan bisa dimakan makrofag dan dinetralkan antibodi. Efek samping kerja CMI adalah merusak sel terinfeksi dan bisa menurunkan fungsi organ tempat sel2 yg dirusak. Hal ini mengakibatkan penurunan produksi. Silakan kenali apa aspek lapabgannya. Dr Tonny tolong ulas bhs lapangnya!


Penhelasan antibodi sebagai inhibin. Antibodi seolah berfungsi sebagai kompetitor reseptor sel yg mrupakan gembok thd kunci (faktor virulen) suatu agen penyakit. Antibodi menutup ujung kunci duluan....shg tdk bisa masuk gembok'tidak bisa nemel pada reseptor sel host. Infeksi tidak terjadi.


Penjelasan antibodi sebagai presipitin dan aglutinin. Kedua cara ini membuat agen tidak larut. Srperti gula jika tidak larut tdk memberi efek manis pada air pelarutnya. Demikian jg agen jika terendapkan efeknya hilang. Preipitat terjadi jika agen dan antibodi kefuanya semula dlm kondisi larut. Aglutinat terjadi jika salah satunya ada dlm kondisi tidak larut.

Antibodi sebagai opsonin atau bumbu. Agen yg terbungkus antibodi lebih mudah dikenali dan ditangkap oleh makrofag karena Fc yg tercuat pada ag-ab complex ditangkap oleh Fc reseptor yg ada di petmukaan sel makrofag. Jadi individu yg memiliki antibodi thd agen tertentu lbh mudah melakukan pembersihan thd agen tsb. Silakan lihat lg aspek lapangannya. 

Tulisan Prof. I Wayan Teguh Wibawan adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Ketua Komite Kesehatan Unggas Nasional dan Staf Ahli Majalah Poultry Indonesia.

Sunday, February 12, 2017

Sosialisasi UPSUS SIWAB

Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan asal ternak, maka Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan membuat program terobosan Upaya khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau atau yang disebut Upsus SIWAB (Upaya Khusus Sapi/Kerbau Induk Wajib Bunting).
Sosialisasi SIWAB akan dilakukan di beberapa propinsi target. Hal ini untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang Upsus SIWAB. Sosialisasi perdana dilaksanakan melakui pertemuan pemantapan pelaksanaan Upsus SIWAB Tahun 2017 pada hari Kamis 6 Oktober 2016 di hotel Mercure Surabaya Provinsi Jawa Timur.
Pada kesempatan yang sama Plh. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Riwantoro menyampaikan pelaksanaan SIWAB diharapkan lebih baik dari program sebelumnya GBIB. Lanjut ditegaskan " Yang diperlukan adalah komitmen yang kuat, ini baru pemanasan tapi kita sudah panen pedet dimana-mana", ucapnya.
Tahun 2017 kegiatan Ditjen PKH lebih fokus pada Upsus SIWAB. Riwantoro mengajak untuk benar-benar bekerja dengan baik sehingga target diharapkan bisa tercapai. secara resmi sosialisasi Upsus Sosialisasi SIWAB resmi dibukan oleh Plh. Ditjen PKH Riwantoro.

Sunday, February 5, 2017

Renungan untuk ayah bunda

UNTUK AYAH BUNDA YANG SERING JENGKEL DENGAN SI BUAH HATI


HANYA SOAL WAKTU

Hanya soal waktu...
Saat rumahmu akan sebersih dan serapih rumah2 dalam majalah2 yang sering kau irikan itu..

Maka... nikmatilah setiap detik letihmu yang harus berpuluh kali membereskan kekacauan yang mereka buat

Hanya soal waktu...
Saat mereka tak mau lagi kau gandeng, peluk atau sekedar kau cium rambutnya

Maka... berbahagialah ketika mereka selalu membuntutimu kemanapun kakimu melangkah, meski kadang hal itu mengesalkanmu,
bagi mereka tak ada selainmu

Hanya soal waktu...
Saat kau tak lagi jadi si serba tahu dan tempat mengadu

Maka... bersabarlah dengan rentetan pertanyaan juga celoteh riang dari mulut mungil mereka yang kadang membuat dahimu mengernyit atau keasyikanmu terhenti

Hanya soal waktu...
Saat mereka mulai _meminta kamarnya masing2_ dan melarangmu mengutak atik segala rupa apa yang di dalamnya

Maka... tahan emosimu dari rengekan manja mereka saat minta kelon atau dongeng sebelum tidur ketika mata 5 wattmu juga meminta  haknya

Hanya soal waktu...
Saat mereka menemukan separoh hatinya untuk selanjutnya membangun sarangnya sendiri. Mungkin saat itu posisimu tak lagi sepenting hari ini

Maka... resapilah setiap mili kebersamaanmu dengan mereka selagi bisa

Karena tak butuh waktu lama menunggu kaki kecil mereka tumbuh menjadi sayap yang kan membawanya pergi menggapai asa dan cita

Kelak kau hanya bisa menengok kamar kosong yang hanya sekali dua akan ditempati penghuninya saat pulang...

Termangu menghirup aroma kenangan di dalamnya dan lalu tercenung *"Dulu kamar ini pernah begitu riuh dan ceria"* Dan kau akan begitu merindukannya

Kelak kau akan sering menunggu dering telepon mereka untuk sekedar menanyakan *"Apa kabarmu ibu, ayah"?*

Dan kau akan begitu bersemangat menjawabnya dengan cerita-cerita tak penting hari ini

Kelak kau akan merindukan acara memasak makanan kegemaran mereka dan merasa sangat puas saat melihat hasil masakanmu tandas di piring mereka

Janganlah keegoisanmu hari ini akan membawa sesal di kelak kemudian hari

Kau takkan pernah bisa memundurkannya sekalipun sedetik untuk sekedar sedikit memperbaikinya

Karena waktu berjalan...

Ya... ia berlari...
Tidak.... ia bahkan terbang...
Dan dia tak pernah mundur kembali...

MARI KITA SAYANGI ANAK KITA SEPENUH HATI, SELAGI MASIH ADA WAKTU" 😊😊

Bacalah Sebelum terlambat:akhir zaman

BACALAH, SEBELUM TERLAMBAT

Nanti di Akhir Zaman Ada Suatu Hari orang bangun jam 6 pagi atau setengah 6 pagi.. Hari tu gelap sperti malam.. seperti apa malam tu gelapnya, seperti itu juga gelapnyaa di setengah 6 pagi itu.. jadi org2 berfikir apa kah ini gerhana atau hari mendung mau hujan. kemudian org2 membiarkan.. sampai jam 7 pagi langit masih saja gelap.. sampai jam 12 siang gelap aja masih.. bingung orang2.. org2 yg kuat imannya kepada Allah sdh bercucuran keringat krna sdh paham akan fenomena ini.. org2 lain masih menganggap ini fenomena alam .. ditunggu2 sampai 24 jam matahari tidak muncul2.. sampai berlangsung 3 hari..Begitu Masuk Hari Ke 4.. Matahari Muncul dr arah barat.. langsung Seketika itu org2 yg bekerja langsung meninggalkan pekerjaannya.. ibu2 yg menyusui anaknnya langsung meninggalkan anaknya.. org yg bedagang meninggalkan tokonya.. segala yg beraktivitas meninggalkan aktivitas nya.. mereka semua berlari menuju Rumah masing2 mengambil Qur'an untuk diBaca.. tetapi apa yg terjadi disaat itu ketika semua Qur'an dibuka sehurufpun Qur'an itu tdk ada lg tulisannya.. jd jangan sampai dtg masa ini baru mau membaca Al-Qur'an buat menambah amal.. tetapi mulai sekarang Baca Al-qur'an itu mumpung masih ada hurufnya..

Ya Allah...
😊 ✔ Muliakanlah orang yang membaca
status ini
😊 ✔ Lapangkanlah hatinya
😊 ✔ Bahagiakanlah keluarganya
😊 ✔ Luaskan rezekinya seluas lautan
😊 ✔ Mudahkan segala urusannya
😊 ✔ Kabulkan cita-citanya
😊 ✔ Jauhkan dari segala Musibah
😊 ✔ Jauhkan dari segala Penyakit, Fitnah,
Prasangka Keji, Berkata Kasar.

Antibiotik dan klasifikasinya

ANTIBIOTIKA DAN KLASIFIKASINYA

A. PENDAHULUAN
Pada tahun 1928 aktifitas antibiosis pertama kali ditemukan oleh dr. Alexander Fleming, beliau secara kebetulan berhasil mengisolasi Penisillin, sampai saat ini telah beribu-ribu antibiotika berhasil ditemukan tetapi hanya sedikit yang dapat digunakan untuk keperluan teraupetik. Menurut Waksman, antibiotika adalah (pada mulanya) zat yang dibentuk oleh mikroorganisme yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain. Namun definisi ini harus diperluas karena zat yang bersifat antibiotika dibentuk juga oleh beberapa hewan dan tanaman tingkat tinggi.

Penggunaan antibiotika untuk membasmi bakteri penyebab infeksi pada manusia harus lah memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya obat tersebut harus bersifat sangat toksik bagi bakteri namun relatif tidak toksik bagi hospes.

Berdasarkan sifat toksisitasnya, antibiotika dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :
1. Aktifitas bakteriostatik yaitu antibiotika yang bersifat menghambat petumbuhan bakteri dengan mekanisme kerja pada penggangguan proses sintesa protein suatu bakteri.

2. Aktifitas bakterisida yaitu antibiotika yang bersifat membunuh bakteri dengan mekanisme kerja mempengaruhi proses pembentukan dinding sel atau permeabilitas membran sel suatu bakteri.

Konsentrasi minimal yang dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri disebut Konsentrasi Hambat Minimum (KHM), Minimum Inhibitor Concentration (MIC).

B. KLASIFIKASI ANTIBIOTIKA
Klasifikasikan antibiotika didasarkan pada pendekatan kimia, mekanisme kerja, manfaat dan sasaran kerja antibiotika dan daya kerjanya :
I. Berdasarkan Pendekatan Kimia
1. β-Laktam
Kelompok Penisilin
Penisilin G dan derivatnya seperti : Penisilin V, fenetisilin, propisilin, oksasilin, kloksasilin, dikloksasilin, ampisilin, netampisilin, hetasilin, amoksisilin dan karbenisilin.

Kelompok Sefalosporin
Contohnya : Sefalotin, Sefaloridin dan Sefaleksin dll.

2. Aminoglikosida
Contohnya: Streptomisin, Kanamisin, Gentamisin, Tobramisin, Neomisin, Tramisetin dan Paromomisin

3. Kloramfenikol
Contohnya : Kloramfenikol dan Tiamfenikol

4. Kelompok Tetrasiklin
Contohnya : Tetrasiklin, Oksitetrasiklin, Klortetrasiklin, Demetilklor, Rolitetrasiklin, Metasiklin, Doksisiklin dan Minosiklin.

5. Makrolida dan antibiotika yang berdekatan
Contohnya : Eritromisin, Oleandomisin, Spiramisin, Linkomisin, Klindamisin, Sinergistin, Pristinamisin, Tilosin, Tilmikosin dan Virginiamisin.

6. Rifampisin
Contohnya : Rifamisin dan Rifampisin.

7. Polipeptida Siklik
Contohnya : Polimiksin B, Polimiksin E (Polstin) dan Basitrasin.

8. Antibiotika Polien
Contohnya : Nistatin dan Amfoterisin B.

9. Antibiotika Lain
Contohnya : Vankomisin, Ristosetin, Novobiosin dan Griseofulvin.

II. Berdasarkan mekanisme kerja.
Ada 5 (lima) golongan, yaitu:
a. Antibiotika yang menghambat metabolisme sel bakteri
Bakteri perlu asam folat untuk kelangsungan hidupnya, dimana asam folat ini harus disintesis sendiri dari asam para aminobenzoat (PABA). Antibiotika golongan ini bekerja dengan membentuk analog asam folat yang non-fungsional, akibatnya kehidupan bakteri akan terganggu, maka diperoleh efek bakteriostatik.
Contoh antibiotika golongan ini : sulfonamida, trimetoprim, asam P-aminosalisilat (PAS) dan sulfon.

b. Antibiotika yang menghambat sintesis dinding sel bakteri
Dinding sel bakteri terdiri dari Polipeptidoglikan, yaitu suatu kompleks polimer muko peptida (glikopeptida). Antibiotika golongan ini bekerja dengan menghambat proses transpeptidasi rantai peptidoglikan tersebut. Tekanan osmotic didalam sel bakteri lebih tinggi dibanding diluar sel, kerusakan dinding sel bakteri mengakibatkan terjadinya lisis, maka diperoleh efek bakterisida.
Contoh antibiotika golongan ini: Sikloserin, basitrasin, vankomisin, penicillin dan sefalosporin.

c. Antibiotika yang mengganggu permeabilitas membran sel bakteri.
Contoh antibiotika golongan ini:
> Polimiksin
merupakan senyawa ammonium-kuaterner, dapat merusak membran sel bakteri setelah bereaksi dengan phospat pada fosfolipid membran sel bakteri.
> Antibiotika Polien
Antibiotika ini bereaksi dengan struktur sterol yang terdapat pada membran sel fungus sehingga mempengaruhi permeabilitas selektif membran tersebut.

d. Antibiotika yang menghambat sintesis protein sel bakteri.
Untuk kehidupannya, sel bakteri perlu mensintesis berbagai protein yang berlangsung didalam ribosom dengan bantuan mRNA dan tRNA, riosom bakteri terdiri dari dua unit yaitu ribosom 3OS dan 5OS, untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen tersebut harus bersatu pada pangkal rantai mRNA membentuk ribosom 7OS. Antibiotika golongan ini bekerja dengan menggaggu ikatan kedua komponen tersebut sehingga kode pada mRNA salah dibaca oleh tRNA pada saat sintesis protein, akibatnya terbentuk protein yang abnormal dan nonfungsional bagi sel bakteri.
Contoh antibiotika golongan ini : golongan aminoglikosida, makrolida, linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol.

e. Antibiotika yang menghambat sintesis asam nukleat sel bakteri.
Contoh antibiotika golongan ini:
> Rifampisin
Berikatan dengan enzim polimerase-RNA (pada subunit) sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA oleh enzim tersebut.
> Golongan kuinolon
Bekerja dengan menghambat enzim DNA girase pada bakteri yang fungsinya menata kromosom yang sangat panjang menjadi bentuk spiral hingga dapat masuk kedalam sel bakteri tersebut.

III. Berdasarkan manfaat dan sasaran kerja antibiotika
a. Antibiotika yang bermanfaat terhadap kokus gram positif (+) dan basil.
Cenderung memiliki spektrum aktifitas yang sempit, contoh: Penisilin semi sintetik yang resisten terhadap penisilinase, makrolida, linkomisin, vankomisin dan basitrasin.

b. Antibiotika yang efektif terhadap basil aerob gram negatif (–)
Contoh: Aminoglikosida dan Polimiksin

c. Antibiotika yang relatif memiliki spektrum kerja yang luas, bermanfaat terhadap kokus gram (+) dan basil gram (-)
Contoh: Sefalospirin, Tetrasiklin, Kloramfenikol, Penisilin spektrum luas seperti ampisilin dan karbenisilin.

III. Berdasarkan daya kerja.
Antibiotika ini dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:
a. aktifitas bakteriostatik
Antibiotika kelompok ini bersifat menghambat petumbuhan bakteri, antibiotika bekerja pada sintesis protein.

b. aktifitas bakterisida
Antibiotika kelompok ini bersifat membunuh bakteri, antibiotika bekerja mempengaruhi pembentukan dinding sel atau permeabilitas membran sel.

c. bila diperlukan kombinasi, maka yang bisa dikombinasi adalah :
> bakteriostatik vs bakteriostatik;
> bakterisida vs bakterisida;

d. DILARANG MENG-KOMBINASI obat antbiotika bakteriostatik dengan bakterisida. HARAM hukumnya. Bila mau meng-kombinasi antibiotika dwngan mengikuti syarat dan ketentuan seperti foto nomor 4 dan 5.

C. Resistensi Terhadap Antibiotika
Resistensi antibiotika ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel bakteri oleh antibiotika.

Klasifikasi Resistensi
Resistensi terhadap suatu antibiotika dapat dikelompokkan menjadi :
a. resistensi silang.
Adalah keadaan resistensi terhadap antibiotika tertentu yang juga memperlihatkan sifat resistensi terhadap antibiotika lainnya. Umumnya resistensi ini terjadi antara antibiotika yang memiliki struktur kimia yang mirip, contohnya pada berbagai tetrasiklin atau antara antibiotika dengan struktur kimia yang berbeda tetapi memiliki mekanisme kerja yang hampir sama, contohnya antara linkomisin dan eritrosin.

b. resistensi non-genetik.
Bakteri dalam keadaan istirahat (fase stasioner), umumnya tidak dipengaruhi oleh antibiotika, keadaan ini yang dikenal sebagai resistensi non-genetik.

c. resistensi genetik.
Resistensi genetik disebabkan oleh:
> Mutasi spontan
Mutasi spontan menyebabkan perubahan gen bakteri, yang mulanya sensitive menjadi resisten tanpa pengaruh ada tidaknya suatu antibiotika.

> Mutasi dipindahkan
Bakteri berubah menjadi resisten karena memperoleh suatu elemen pembawa faktor resisten. Pada resistensi elemen pembawa faktor resisten dapat dipindahkan melalui beberapa mekanisme, yaitu:
>> Transduksi
Istilah ini pertama kali dicetuskan pada tahun 1952 oleh Norton Zinder dan Joshua Lederberg.Transduksi merupakan pengalihan DNA dari sel donor ke sel penerima yang terjadi oleh bakteriofage dan akan dipindahkan ke sel penerima ketika bakteriofage menginfeksi bakteri baru sebagai sel penerima.
>> Transformasi
Istilah ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1928 oleh Frederick Griffith. Transformasi berarti pengalihan gen oleh DNA bebas yang dibebaskan oleh bakteri donor atau diekstraksi keluar dari bakteri tersebut kesuau bakteri penerima, dengan transformasi bakteri memperoleh faktor resisten langsung dari media disekitarnya (lingkungannya).
>> Konjugasi
Pada konjugasi, pemindahan elemen genetik terjadi melalui kontak langsung dari sel ke sel, dengan konjugasi akan terbentuk jembatan konjugasi yang memungkinkan pemindahan elemen pembawa factor resisten.

D. Mekanisme resistensi
Resistensi terjadi melalui :
1. Perubahan tempat kerja (target site) obat pada mikroba.
2. Mikroba menurunkan permeabilitasnya sehingga obat sulit masuk ke dalam sel.
3. Inaktivasi obat oleh mikroba.
4. Mikroba membentuk jalan pintas untuk menghindari tahap yang dihambat oleh antimikroba.
5. Meningkatkan produksi enzim yang dihambat oleh antimikroba.

E. Penetapan Potensi Antibiotika Secara Mikrobiologi.
Penetapan aktivitas antibiotika secara in vitro dapat dikelompokan, yaitu :
> Cara Difusi Agar
Agar cair yang telah diinokulakasikan dengan mikroba uji dituang ke dalam cawan petri dan dibiarkan sampai padat. Cakram kertas yang mengandung antibiotika atau bila digunakan silinder, kaca/baja tahan karat diletakkan di atas agar, antibiotika diteteskan ke dalam silinder, demikian juga bila digunakan cekungan pada agar. Cawan petri diinkubasi pada suhu yang cocok, untuk bakteri pada suhu 37° C selama 18-24 jam. Daerah yang bening sekeliling antibiotika yang menunjukkan hambatan pertumbuhan mikroba diamati dan diukur.

Untuk penetapan potensi suatu antibiotika digunakan antibiotika standar. Pada penetapan digunakan beberapa konsentrasi, sehingga dapat dibuat kurva standar antara diameter hambatan dengan konsentrasi antibiotika. Kadar suatu antibiotika dapat ditentukan dari kurva, dengan memplot diameter hambatan pada kurva diperoleh kadar.

Potensi dapat dihitung sebagai berikut :
Potensi = Kadar antibiotika yang dicari x 100 %
Kadar yang tertera pada etiket

Potensi dapat pula ditentukan dengan membandingkan kadar yang menghasilkan derajat penghambatan yang sama. Dalam Farmakoppe Indonesia dinyatakan bahwa potensi adalah perbandingan dosis sediaan uji dengan dosis larutan standar atau larutan pembanding yang menghasilkan derajat hamban petumbuhan yang saam pada biakkan jasad renik yang peka dan sesuai.

Potensi = Konsentrasi antibiotika yang diuji x 100%
Konsentrasi antibiotika standar

> Cara Turbidimetri
Ke dalam tabung reaksi ditambahkan 1 ml larutan antibiotika dan 9 ml inokulum, diinkubasi pada suhu 30° C selama tiga sampai empat jam. Setelah diinkubasi, ditambahkan 0,5 ml Formaldehid. Serapan diukur dengan spektrofotometer pada suhu 530 nm. Kadar antibiotika ditentukan berdasarkan perbandingan serapannya terhadap serapan standar.

Catatan :
Pengobatan dengan antibiotika hendaknya berdasarkan diagnosa oleh dokter dan resep dokter dimana akan dilakukan pengobatan secara profesional da proporsional

Sumber mukti abadi