from: www.czc.hokudai.ac.jp |
Peningkatan konsumsi pangan asal hewan di dunia semakin meningkat. Hal ini mempengaruhi sistem produksi hewan dan bergesernya sentra produksi hewan di dunia. Selain itu, hal tersebut membuat hubungan antara manusia dan hewan semakin dekat. Hal ini tentu memberikan konsekuensi meningkat dan menyebarnya kasus penyakit pada hewan, termasuk yang menjadi perhatian penting adalah penyakit hewan yang dapat menular dari hewan ke manusia, yang dikenal sebagai zoonosis atau penyakit zoonotik (Emerging foodborne zoonosis).
Perkembangan produksi hasil peternakan ke negara-negara berkembang, tanpa dukungan sistem kesehatan hewan yang memadai, menyebabkan peningkatan kasus dan penyebaran penyakit zoonotik. Misalnya penyebaran penyakit avian influenza (virus avian influenza H5N1) yang sudah menyebar di dunia.
Taylor et al. (2001) melaporkan bahwa dari 1415 patogen yang dapat menginfeksi manusia, 868 (61.3%) patogen diketahui berasal dari hewan dan bersifat zoonotik. Sebanyak 175 spesies (12.4% dari 1415) merupakan penyebab penyakit-penyakit baru (emerging disease) pada manusia. Dari 175 spesies tersebut, 135 dari spesies tersebut (75%) bersumber pada hewan dan tentunya bersifat zoonotik. Hal ini memberikan "peringatan" bahwa peran mikroorganisme pada hewan penting diperhatikan dari aspek kesehatan masyarakat.
Beberapa mikroorganisme patogen yang bersifat zoonotik tersebut dapat ditularkan ke manusia melalui produk-produk hewan, dan menyebabkan "foodborne diseases" atau "foodborne illness" (penyakit yang disebabkan oleh mengonsumsi makanan, termasuk air, yang mengandung mikroorganisme patogen atau bahaya-bahaya keamanan pangan lain), yang dikenal sebagai "foodborne zoonosis". Hal tersebut menjadi perhatian serius bidang kesehatan masyarakat veteriner (KESMAVET). Foodborne zoonosis didefinisikan sebagai infeksi pada manusia yang ditularkan melalui makanan yang sumbernya dari hewan yang terinfeksi.
civas.net |
Beberapa foodborne zoonosis yang sudah lama dikenal antara lain antraks (disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis) yang ditularkan melalui daging domba, kambing, sapi dan kerbau; sistiserkosis/taeniasis (disebabkan oleh larva cacing Taenia solium) yang ditularkan melalui daging babi; toksoplasmosis (disebabkan oleh protozoa Toxoplasma spp) yang ditularkan melalui daging kambing/domba.
Emerging foodborne zoonosis atau foodborne zoonosis yang "baru" yang menjadi tantangan kesehatan masyarakat dan keamanan pangan antara lain:
1. Bovine spongiform encephalopathie (BSE, dikenal juga mad cow) yang disebabkan oleh prion infeksius; ditularkan melalui organ-organ dari sapi yang terinfeksi.
2. Mycobacterium paratuberculosis atau Mycobacterium avium subspecies paratuberculosis, bakteri yang menyebabkan penyakit Johne pada ternak (sapi). Penyakit pada manusia yang terkait dengan bakteri ini adalah Crohn's disease. Bakteri ini dapat ditemukan pada susu dan daging sapi terinfeksi. Bakteri ini relatif tahan panas, sehingga mungkin dapat ditemukan pada susu pasturisasi.
3. Salmonella non-tifoid, seperti Salmonella enterica serotipe Enteritidis (disingkat menjadi Salmonella Enteritidis) yang banyak ditemukan pada telur ayam normal (grade A) yang dihasilkan dari induk ayam yang terinfeksi bakteri tersebut. Bakteri Salmonella diturunkan dari induk ke telur secara intrauterin. Ayam yang terinfeksi Salmonella Enteritidis tidak menimbulkan gejala klinis atau tidak terlihat sakit (ayam tampak sehat, tetapi bakteri Salmonella tersebut dapat dipindahkan ke dalam telur).
Emerging foodborne zoonosis di masa depan cenderung disebabkan oleh virus dan parasit.
Foodborne diseases yang terkait daging:
Daging mentah (segar) dapat tercemar oleh E. coli, Salmonella, dan Staphylococcus aureus. Dalam daging giling dapat ditemukan Clostridium perfringens, Bacillus cereus, Listeria monocytogenes, enterohemorrhagic E. coli (EHEC). Clostridium botulinum terkait dengan produk olahan daging yang dikemas vakum. Beberapa parasit yang sering dijumpai pada daging adalah kista Taenia saginata pada daging sapi (Cysticercus bovis), kista Toxoplasma gondii dan Echinococcus granulosus (hydatid) pada daging kambing/domba, kista Taenia solium (Cysticercus cellulosae) dan Trichinella spiralis pada daging babi.
Foodborne disease yang terkait unggas:
Salmonella enterica serotipe (serovar) Enteritidis (Salmonella Enteritidis), Salmonella enterica serotipe Typhimurium (Salmonella Typhimurium), S. Infantis, S. Reading, S. Blockey, Clostridium perfringens, Campylobacter jejuni, dan E. coli sering dijumpai di produk unggas.
Foodborne disease yang terkait susu:
Telah banyak dilaporkan wabah penyakit pada manusia yang diakibatkan Salmonella spp terkait dengan keju, es krim, susu segar, dan susu pasteurisasi; Campylobacter spp terkait susu segar; wabah Listeria monocytogenes terkait dengan keju dan produk-produk susu yang diolah dari susu tanpa pasteurisasi; serta Yersinia enterocolitica pernah menimbulkan wabah yang terkait dengan susu pasteurisasi.
sumber :Dr.DRH. Denny WL, M.SC
No comments:
Post a Comment