ABSTRAK
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui volume dan konsentrasi sperma sapi potong ras PO
di Balai Pengembangan Bibit Pakan
Ternak dan Diagnostik Kehewanan D.I. Yogyakarta, Yogyakarta. Materi penelitian
yang digunakan yaitu 2 ekor sapi
PO yang dimiliki UPTD BPBPTDK DIY pada periode koleksi bulan Januari, Februari
dan Maret 2013. Masing-masing individu berumur 3 tahun. Bahan dan alat yang dipakai
adalah vagina buatan, mikroskop, tv monitor, handtally counter. Data
yang diperoleh dikumpulkan dibuat tabel
kemudian dianalisa dengan software Microsoft excel 2003. Parameter yang
diteliti meliputi volume semen dan konsentrasi sperma. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata volume semen dan konsentrasi sperma sapi PO tidak
berbeda nyata dengan sumber pustakan acuan.
Kata
kunci : sapi PO, semen, volume dan konsentrasi
ABSTRACK
This study aims to determine the
volume and sperm concentration in beef cattle PO Forage Seed Development Center
and the Veterinary Diagnostic IN Yogyakarta (BPBPTDK DIY), Yogyakarta. The
research material used 2 PO cows owned UPTD BPBPTDK collection of DIY in the
period of January, February and March 2013, each individual aged 3 years.
Materials and tools used are artificial vagina, microscope, tv monitor,
handtally counter. The data obtained were collected and then analyzed with a
table made of Microsoft Excel 2003 software parameters examined included
semen volume and sperm concentration. The results showed that the average
volume of semen and sperm concentration was not significantly different PO cow
with the library reference.
Keywords :
PO Cattle, Semen, Volume and consentration
PENDAHULUAN
Peternakan sapi potong sebagai usaha yang mulai berkembang saat
ini semakin penting peranannya dalam usaha meningkatkan pendapatan
masyarakat dan diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembangunan yaitu
meningkatkan taraf hidup masyarakat (Dinas Pertanian DIY, 2005). Peningkatan
populasi ternak termasuk sapi, menuntut penyediaan sumber bibit,
baik sebagai ternak Bibit maupun bakalan untuk penggemukan (Tolihere, 1985).
Untuk meningkatkan populasi ternak sapi diperlukan peningkatan efisiensi
reproduksi dan fertilitas ternak (Havez, 2000). Program inseminasi buatan (IB)
merupakan suatu cara perkawinan yang lebih efisien dan efektif dalam penggunaan
semen pejantan untuk membuahi sapi betina dalam jumlah banyak dan menyebarkan Bibit
unggul dibandingkan dengan perkawinan alam (Tolihere, 1985). Keberhasilan IB
ditentukan oleh kualitas semen beku pejantan yang dipengaruhi oleh karakteristik
semen segarnya yang dapat dilakukan melalui pemeriksaan, baik makroskopis
maupun mikroskopis. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka dilakukan penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui gambaran volume semen dan konsentrasi sperma sapi
PO di Balai Pengembangan Bibit, Pakan Ternak dan Diagnostik Kehewanan (BPBPTDK)
D.I. Yogyakarta. Penelitian ini bermanfaat memberikan informasi tentang volume dan konsentrasi sapi PO yang dimiliki oleh UPTD BPBPTDK DIY
untuk program IB sebagai dasar dalam menentukan kebijakan pemilihan sapi
pejantan yang memenuhi syarat untuk pembuatan semen beku, selain itu dapat
digunakan untuk penelitian lebih lanjut.
MATERI DAN METODE
Penelitian mengenai volume semen dan konsentrasi sperma sapi PO dilakukan
di Laboratorium Pemeriksaan Kualitas Semen Segar di Unit Pengembangan Semen
Beku UPTD BPBPTDK DIY Jalan Palagan Tentara Pelajar Km.15,5 Sumedang,
Purwobinangun, Pakem, Sleman Yogyakarta.
Materi
Materi penelitian yang digunakan adalah sperma 2 ekor sapi potong
bangsa PO yang berumur masing-masing 3 tahun yang dikoleksi periode bulan
Januari, Februari dan Maret 2013.
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam proses penampungan semen antara lain
vagina buatan. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan konsentrasi sperma meliputi
mikroskop, TV monitor dan handtally counter.
Metode
Pelaksanaan penelitian meliputi penampungan semen, pemeriksaan
konsentrasi sperma dan analisis data penelitian. Penampungan semen dilakukan
dengan vagina buatan. Volume semen diperiksa dengan melihat skala volume pada
tabung penampung semen. Konsentrasi sperma diperiksa dengan mikroskop dengan
frekuensi 2 kali/minggu selama 3 bulan. Parameter dalam penelitian meliputi
volume semen dan konsentrasi sperma.
Analisis Data
Data yang ada dibuat table kemudian dianalisis dengan Program
Komputer Microsoft excel 2003 yang meliputi data statistic berupa rata-rata,
nilai tengah, Mode, standar deviasi, variasi sampel, kurtosis, kelengkungan,
rentang, nilai minimum, nilai maksimal, jumlah total, nilai terhitung, nilai
terbesar, nilai terkecil, tingkat kepercayaan 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Volume Semen
Volume semen merupakan jumlah mililiter semen setiap ejakulasi
(Teolihere, 1985). Hasil pengamatan mengenai volume semen sapi PO milik UPTD
BPBPTDK Januari-Maret 2013 adalah sebagai berikut. Rata-rata volume semen yang
dihasilkan oleh bangsa sapi PO sebesar 2,2±1,0 ml dengan kisaran 0,00–3,70 ml (Tabel
1). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Almquist (1968) bahwa volume
semen yang dihasilkan sapi pejantan sebanyak 8 ml dengan kisaran 2-15 ml. Lebih
lanjut dinyatakan oleh Hafez (1993) bahwa volume sapi pejantan sebanyak 5-8 ml.
Berdasarkan tabel statistik, kedua ekor sapi menghasilkan volume semen yang sama.
Hal tersebut disebabkan oleh kesamaan spesies hewan percobaan yaitu spesies Bos
(Williamsoon dan Payne, 1993). Hal serupa juga dikemukakan oleh Hafez
(1993) bahwa spesies mempengaruhi volume semen yang dihasilkan.
Parameter
|
Orlando
|
Ontoseno
|
Total
|
Mean
|
3.2
|
3.1
|
2.2
|
Median
|
3.4
|
3.4
|
1.9
|
Mode
|
4.2
|
3.4
|
1.8
|
Standard Deviation
|
1.3
|
0.9
|
1.0
|
Sample Variance
|
1.6
|
0.8
|
1.1
|
Kurtosis
|
3.0
|
6.5
|
-0.2
|
Skewness
|
-1.6
|
-2.1
|
-0.4
|
Range
|
4.9
|
4.4
|
3.7
|
Minimum
|
0.0
|
0.0
|
0.0
|
Maximum
|
4.9
|
4.4
|
3.7
|
Sum
|
42.1
|
68.6
|
55.4
|
Count
|
13.0
|
22.0
|
25.0
|
Largest(1)
|
4.9
|
4.4
|
3.7
|
Smallest(1)
|
0.0
|
0.0
|
0.0
|
Confidence Level(95.0%)
|
0.5
|
0.3
|
0.4
|
Tabel 1. Gambaran Data Volume Ejakulat Semen Sapi Orlando dan
Ontoseno Januari-Maret 2013 (dalam ml).
Disamping dipengaruhi oleh bangsa volume semen juga dipengaruhi
oleh umur dan bobot badan yang berkaitan dengan proses reproduksi sapi jantan. Kisaran
umur dari kedua ekor sapi yang diteliti, yaitu sapi Orlando dan Ontoseno pada
umur 36 bulan (3 tahun), menunjukkan telah mencapai
pubertas sehingga menghasilkan volume semen yang relatif sama. Linsday et
al. (1982) menyatakan bahwa umur pubertas sapi jantan berkisar antara 10-12
bulan untuk memproduksi cukup sperma dan dewasa tubuh pada 36 bulan. Chenoweth
(1992) menyatakan bahwa pada umur 24 bulan sapi jantan dapat dimasukkan ke
dalam kategori pemeriksaan fisik untuk mengetahui Bibit potensial karena proses
reproduksi sapi jantan telah matang dalam memproduksi semen.
Grafik 1. Volume Ejakulat Semen Sapi Orlando dan Ontoseno Januari-Maret 2013
(dalam ml).
Rata-rata bobot badan sapi Orlando 600 kg dan Ontoseno 780 kg
(Tabel 2). Sato (1992) menyebutkan bahwa bobot badan sapi jantan berhubungan
erat dengan ukuran testis, pejantan
dengan volume testis dan
lingkaran skrotum lebih besar menghasilkan sperma yang juga lebih banyak. Salisbury
dan Van Demark (1985) menyatakan bahwa semakin tinggi berat badannya, semakin
tinggi pula berat testisnya
karena kelenjar aksesoris yang
menghasilkan plasma semen juga berkembang. Pendapat yang sama dikemukakan oleh
Lindsay et al. (1982) bahwa ukuran testis mempengaruhi volume semen yang dihasilkan. Metode
penampungan semen dan frekuensi ejakulasi pejantan yang relatif sama tidak menyebabkan
perbedaan volume semen yang dihasilkan antar bangsa. Toelihere (1985) menyebutkan
bahwa metode vagina buatan umum digunakan untuk penampungan semen karena lebih mendekati
bentuk vagina alami, sehingga kualitas semen yang diejakulasikan lebih optimal.
Menurut Masuda (1992), frekuensi ejakulasi mempengaruhi volume semen, dimana
ejakulasi 2 kali sehari setiap 2-4 hari mampu menghasilkan volume semen yang
optimal.
Prestimulasi yang relatif sama tidak menyebabkan perbedaan volume
semen yang dihasilkan oleh kedua ekor sapi. Hal ini sesuai yang dinyatakan oleh
Malore dan Laing (1979) bahwa prestimulasi yang cukup pada saat penampungan
dapat meningkatkan volume tanpa menurunkan konsentrasi. Lebih lanjut dijelaskan
oleh Salisbury dan Van Demark (1985) bahwa false mount (menaikturunkan
pejantan tanpa ejakulasi), mengganti teaser, dan menciptakan suasana
tenang di sekitar tempat penampungan dapat meningkatkan libido pejantan. Selain
itu, kemungkinan kedua ekor sapi mempunyai daya adaptasi yang sama dengan iklim
di Indonesia, faktor pakan, dan kondisi tempat penampungan yang sama sehingga
volume semen tidak berbeda antar bangsa.
Nama
|
Kode
|
Berat-badan (kg)
|
Orlando
|
21003
|
600
|
Ontoseno
|
21004
|
720
|
Tabel 2. Berat Badan Sapi PO UPTD
BPBPTDK periode
Januari-Maret 2013
Bangsa Sapi dan Volume Semen
Rata-rata volume semen yang dihasilkan oleh individu tiap ekor
sapi potong dapat dilihat pada table 1. Volume semen tidak berbeda nyata antara
sapi Orlando dengan Ontoseno. Volume semen yang dihasilkan oleh sesuai dengan
pendapat Almquist (1968) sebanyak 8 ml dengan kisaran 2 ml – 15 ml. Bhattacharya
(1968) menyatakan bahwa karakteristik semen tidak berbeda nyata pada satu
spesies, tetapi bervariasi diantara individu dalam spesies yang sama. Salisbury
dan Van Demark (1985) menjelaskan bahwa variasi sifat, termasuk volume semen
terdapat diantara individu dalam hewan sejenis. Rata-rata volume semen individu
sapi Orlando 3,0±1,3 ml dan sapi Ontoseno 3,0 ± 0,9 ml.
Kedua ekor sapi menghasilkan rata-rata volume semen yang tidak berbeda
nyata. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh umur Orlando dan Ontoseno yang
relatif sama sehingga volume semen sama besar. Seperti dinyatakan oleh Almquist
(1968) bahwa umur mempengaruhi volume semen dan Sorensen (1979) yang menyatakan
bahwa individu yang berumur lebih muda cenderung menghasilkan
volume semen lebih banyak kemudian berangsur-angsur
menjadi sedikit seiring dengan penambahan jaringan testis. Selain itu, kemungkinan juga
disebabkan oleh lebih banyak plasma semen yang dihasilkan
oleh kelenjar aksesoris. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Sato (1992) bahwa cairan kelenjar aksesoris mendukung sebagian
besar volume semen. Hal ini juga kemungkinan disebabkan umur dan bobot badan
yang relatif sama dari kedua ekor
sapi sehingga volume semen yang
dihasilkan relatif sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury dan Van Demark
(1985) bahwa volume semen yang dihasilkan sapi
jantan sesuai dengan umur, besar tubulus seminiferus, kesehatan
reproduksi dan frekuensi ejakulasi pejantan.
Bangsa Sapi dan Konsentrasi Sperma
Rata-rata konsentrasi sperma sapi Orlando sebesar 1,8±0,2
milyar/ml dengan kisaran 1,5-2 milyar/ml, sapi Ontoseno sebesar 1,7±0,2
milyar/ml dengan kisaran 1,5-2 milyar/ml. Hasil penelitian tersebut sesuai
dengan Perry (1968) bahwa konsentrasi sperma jantan 1,2
milyar /ml dengan kisaran 0,4-2 milyar/ml.
Konsentrasi sperma kedua ekor sapi tidak berbeda
nyata. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh
spesies sama, umur telah mencapai pubertas sehingga
proses reproduksi sapi jantan telah optimal, baik pada
organ reproduksi primer (testis),
maupun pada kelenjar aksesoris
juga dimungkinkan tidak berbeda. Menurut
Salisbury dan Van Demark (1985), konsentrasi sperma akan mengikuti
perkembangan seksual dan kedewasaan, kualitas pakan yang diberikan,
kesehatan alat reproduksi, besar testes, umur dan
frekuensi ejakulasi pejantan. Ada kecenderungan variasi sifat pada
individu satu jenis hewan.
Parameter
|
Orlando
|
Ontoseno
|
Total
|
Mean
|
1.8
|
1.7
|
1.0
|
Median
|
1.8
|
1.6
|
0.9
|
Mode
|
1.5
|
2.0
|
0.8
|
Standard Deviation
|
0.2
|
0.2
|
0.5
|
Sample Variance
|
0.1
|
0.1
|
0.3
|
Kurtosis
|
-2.2
|
-2.0
|
0.2
|
Skewness
|
-0.1
|
0.3
|
0.2
|
Range
|
2.0
|
2.0
|
1.9
|
Minimum
|
1.5
|
1.5
|
0.0
|
Maximum
|
2.0
|
2.0
|
1.9
|
Sum
|
15.8
|
27.6
|
21.7
|
Count
|
9.0
|
16.0
|
22.0
|
Largest(1)
|
2.0
|
2.0
|
1.9
|
Smallest(1)
|
1.5
|
1.5
|
0.0
|
Confidence Level(95.0%)
|
0.1
|
0.1
|
0.2
|
Tabel
3. Gambaran Data Konsentrasi Ejakulat Semen Sapi
Orlando dan Ontoseno Januari-Maret 2013 (dalam 109/ml).
Konsentrasi sperma kedua ekor sapi yang sama mungkin disebabkan
oleh pakan, adaptasi dengan lingkungan tropis, frekuensi
ejakulasi, metode penampungan semen termasuk di dalamnya prestimulasi
yang cenderung sama sehingga konsentrasi sperma yang dihasilkan
juga tidak berbeda. Partodiharjo (1982) menyebutkan bahwa konsentrasi sperma
dipengaruhi oleh prestimulasi yang cukup. Hal ini
disebabkan oleh rangsangan seksual yang lebih lama menyebabkan
kontraksi otot-otot polos ampula dan uretra lebih
kuat sehingga konsentrasi sperma lebih tinggi. Sorensen
(1979) dan Hafez et al (2000) menyatakan bahwa
kriteria semen pejantan yang memuaskan memiliki konsentrasi
sperma > 0,5 milyar/ml.
Grafik 1. Konsentrasi Ejakulat
Semen Sapi Orlando dan Ontoseno Januari-Maret 2013 (dalam 109 / ml).
Pengaruh individu tiap bangsa sapi terhadap konsentrasi sperma
Menurut Almquist (1968) rata-rata konsentrasi sperma
yang dihasilkan oleh individu tiap sapi potong yaitu 1,200
milyar/ml dengan kisaran 0,4-2 milyar/ml. Berdasarkan tabel statistik,
konsentrasi sperma yang dihasilkan tidak berbeda nyata, yaitu pada sapi
Orlando sebesar 1,8±0,2 milyar/ml dengan kisaran 1,5-2 milyar/ml dan sapi
Ontoseno sebesar 1,7±0,2 milyar/ml dengan kisaran 1,5-2 milyar/ml.
Konsentrasi sperma yang sama antara sapi Orlando dengan Ontoseno dipengaruhi
oleh genetis individu untuk menghasilkan sperma
berkonsentrasi tinggi dengan volume yang rendah. Seperti
pernyataan Toelihere (1981) bahwa semen sapi cenderung mempunyai volume yang
rendah dengan konsentrasi yang tinggi. Hal ini mungkin berkaitan dengan
pernyataan Sato (1992) bahwa produksi sperma harian yang
dihasilkan oleh sepasang testis berkaitan
dengan berat testis. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa efisiensi produksi sperma selama
hampir masa hidup reproduksinya relative seragam
dari seekor pejantan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata volume ejakulat semen sapi Orlando 3,2±1,3 ml dan
sapi Ontoseno 3,1±0,9 ml. Sedangkan rata-rata konsentrasi sapi Orlando 1,8 x 109
sperma/ ml dan sapi Ontoseno 1,7 x 109 sperma/ ml. Disimpulkan
bahwa volume
semen dan konsentrasi sperma antara Orlando dan Ontoseno bulan Januari-Maret 2013 tidak berbeda nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Almquist,
J.O. 1968. Dairy Cattle. In : E.J.Perry
(Ed.). The Artificial
Insemination of Farm Animals. Fourth
Revised Edition, Rutgers University Press, New Jersey.
Bhattacharya,
P. 1968. Buffaloes. In : E.J.Perry (Ed.). The Artificial Insemination of Farm
Animals. Fourth Revised Edition,
Rutgers University Press, New
Jersey.
Chenoweth,
P.J. 1992. Semen Evaluation. College of Vet Med, K State.
Dinas
Pertanian DIY. 2005. Budidaya Sapi Potong. Pemda DIY
Hafez
E.S.E. 1993. Anatomy of male reproduction. In. E.S.E Hafez (Ed).
Reproduction in Farm Animals. Sixth
Edition, Lea and Febiger, Philadelphia. Hafez, B., R.L. Ax, M. Dally,
B.A. Didion, R.W. Lenz,
C.C. Love, D.D. Varner da M.E. Berlin. 2000.
Semen evaluation. In : E.S.E. Hafez (Ed.). Reproduction in Farm Animals.
Seventh Edition, Lea
and Febiger, Philadelphia.
Lasley,
J.F dan J.R Campbell. 1997. The Science of Animals that Serve Mankind Second
Edition, Mc. Graw-Hill Publishing
Company Limited, New York.
Lindsay,
D.R., K.W. Enswinstle, and A. Winantea. 1982. Reproduction in Domestic
Livenstock in Indonesia. Australian
Universities International Semen
Volume and Sperm Concentration of Beef Cattle [Sumeidiana et al.] 137 Development Program (AUIDP),
Melbourne.
Partodihardjo,S
1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara
Sumber Widya, Jakarta
Perry,
E. J. 1968. Factors influencing the quality of semen. In : E.J.Perry (Ed) .The
Artificial Insemination of
Farm Animals. Fourth Revised Edition, Rutgers
University Press, New Jersey.
Masuda,
H. 1992. Reproductive function of male livenstock
and semen phisiology. In : S. Kudo (Ed.).
Artificial Insemination Manual for Cattle. Association of Livesto ck
Technology, Nikkapu.
Malore,
D.R. dan Laing, J.A. 1979. The characteristic of normal semen. In : J.A. Laing
(Ed.). Fertility and
Infertility in Domestic Animals, Second Edition, Bailliere Tindall and
Cassell, London.
Salisbury,
G.W., dan N.L. Van Demark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan
pada Sapi. Universitas Gajdah Mada
Press, Yogyakarta (Diterjemahkan
oleh R. Djanuar).
Sato,
L, 1992. Anatomy of Reproductive System. In : S. Kudo (Ed.). Artificial
Insemination Manual for Cattle.
Association of Livestock Technology, Nikkapu.
Sorensen,
A.M. 1979. Animal Reproduction : Principle and Practice. Mc Graw-Hill Book
Company, New York.
Steel,
R.G.D. and J.H. Torrie,. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika : Suatu
Pendekatan Biometrik. Edisi
Kedua, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
(Diterjemahkan oleh B. Sumantri).
Sudjana.
1982. Disain dan analisis Eksperimen. Tarsito, Bandung.
Toelihere,
M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak.
Angkasa, Bandung.
Toelihere,
M.R. 1985. Inseminasi Buatan pada Ternak.
Angkasa, Bandung.
Williamson,
G dan W.J.A. Payne. 1993. Ilmu Peternakan
di Daerah Tropis. Gajah Mada University Press, Yogyakarta (Diterjemahkan
oleh SGND. Darmadja).
No comments:
Post a Comment