Tuesday, June 14, 2016

VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA SAPI PO DI UPTD BPBPTDK DIY



ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui volume dan konsentrasi sperma sapi potong ras PO di Balai Pengembangan Bibit Pakan Ternak dan Diagnostik Kehewanan D.I. Yogyakarta, Yogyakarta. Materi penelitian yang digunakan yaitu 2 ekor sapi PO yang dimiliki UPTD BPBPTDK DIY pada periode koleksi bulan Januari, Februari dan Maret 2013. Masing-masing individu berumur 3 tahun. Bahan dan alat yang dipakai adalah vagina buatan, mikroskop, tv monitor, handtally counter. Data yang diperoleh dikumpulkan dibuat tabel kemudian dianalisa dengan software Microsoft excel 2003. Parameter yang diteliti meliputi volume semen dan konsentrasi sperma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata volume semen dan konsentrasi sperma sapi PO tidak berbeda nyata dengan sumber pustakan acuan.
Kata kunci : sapi PO, semen, volume dan konsentrasi

ABSTRACK
This study aims to determine the volume and sperm concentration in beef cattle PO Forage Seed Development Center and the Veterinary Diagnostic IN Yogyakarta (BPBPTDK DIY), Yogyakarta. The research material used 2 PO cows owned UPTD BPBPTDK collection of DIY in the period of January, February and March 2013, each individual aged 3 years. Materials and tools used are artificial vagina, microscope, tv monitor, handtally counter. The data obtained were collected and then analyzed with a table made ​​of Microsoft Excel 2003 software parameters examined included semen volume and sperm concentration. The results showed that the average volume of semen and sperm concentration was not significantly different PO cow with the library reference.
Keywords : PO Cattle, Semen, Volume and consentration


   PENDAHULUAN

Peternakan sapi potong sebagai usaha yang mulai berkembang saat ini semakin penting peranannya dalam usaha meningkatkan pendapatan masyarakat dan diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembangunan yaitu meningkatkan taraf hidup masyarakat (Dinas Pertanian DIY, 2005). Peningkatan populasi ternak termasuk sapi, menuntut penyediaan sumber bibit, baik sebagai ternak Bibit maupun bakalan untuk penggemukan (Tolihere, 1985). Untuk meningkatkan populasi ternak sapi diperlukan peningkatan efisiensi reproduksi dan fertilitas ternak (Havez, 2000). Program inseminasi buatan (IB) merupakan suatu cara perkawinan yang lebih efisien dan efektif dalam penggunaan semen pejantan untuk membuahi sapi betina dalam jumlah banyak dan menyebarkan Bibit unggul dibandingkan dengan perkawinan alam (Tolihere, 1985). Keberhasilan IB ditentukan oleh kualitas semen beku pejantan yang dipengaruhi oleh karakteristik semen segarnya yang dapat dilakukan melalui pemeriksaan, baik makroskopis maupun mikroskopis. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran volume semen dan konsentrasi sperma sapi PO di Balai Pengembangan Bibit, Pakan Ternak dan Diagnostik Kehewanan (BPBPTDK) D.I. Yogyakarta. Penelitian ini bermanfaat memberikan informasi tentang volume dan konsentrasi sapi PO yang dimiliki oleh UPTD BPBPTDK DIY untuk program IB sebagai dasar dalam menentukan kebijakan pemilihan sapi pejantan yang memenuhi syarat untuk pembuatan semen beku, selain itu dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.

 
MATERI DAN METODE

Penelitian mengenai volume semen dan konsentrasi sperma sapi PO dilakukan di Laboratorium Pemeriksaan Kualitas Semen Segar di Unit Pengembangan Semen Beku UPTD BPBPTDK DIY Jalan Palagan Tentara Pelajar Km.15,5 Sumedang, Purwobinangun, Pakem, Sleman Yogyakarta.

Materi
Materi penelitian yang digunakan adalah sperma 2 ekor sapi potong bangsa PO yang berumur masing-masing 3 tahun yang dikoleksi periode bulan Januari, Februari dan Maret 2013.

Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam proses penampungan semen antara lain vagina buatan. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan konsentrasi sperma meliputi mikroskop, TV monitor dan handtally counter.

Metode
Pelaksanaan penelitian meliputi penampungan semen, pemeriksaan konsentrasi sperma dan analisis data penelitian. Penampungan semen dilakukan dengan vagina buatan. Volume semen diperiksa dengan melihat skala volume pada tabung penampung semen. Konsentrasi sperma diperiksa dengan mikroskop dengan frekuensi 2 kali/minggu selama 3 bulan. Parameter dalam penelitian meliputi volume semen dan konsentrasi sperma.

Analisis Data
Data yang ada dibuat table kemudian dianalisis dengan Program Komputer Microsoft excel 2003 yang meliputi data statistic berupa rata-rata, nilai tengah, Mode, standar deviasi, variasi sampel, kurtosis, kelengkungan, rentang, nilai minimum, nilai maksimal, jumlah total, nilai terhitung, nilai terbesar, nilai terkecil, tingkat kepercayaan 5%.

 


HASIL DAN PEMBAHASAN

Volume Semen
Volume semen merupakan jumlah mililiter semen setiap ejakulasi (Teolihere, 1985). Hasil pengamatan mengenai volume semen sapi PO milik UPTD BPBPTDK Januari-Maret 2013 adalah sebagai berikut. Rata-rata volume semen yang dihasilkan oleh bangsa sapi PO sebesar 2,2±1,0 ml dengan kisaran 0,00–3,70 ml (Tabel 1). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Almquist (1968) bahwa volume semen yang dihasilkan sapi pejantan sebanyak 8 ml dengan kisaran 2-15 ml. Lebih lanjut dinyatakan oleh Hafez (1993) bahwa volume sapi pejantan sebanyak 5-8 ml. Berdasarkan tabel statistik, kedua ekor sapi menghasilkan volume semen yang sama. Hal tersebut disebabkan oleh kesamaan spesies hewan percobaan yaitu spesies Bos (Williamsoon dan Payne, 1993). Hal serupa juga dikemukakan oleh Hafez (1993) bahwa spesies mempengaruhi volume semen yang dihasilkan.

Parameter
Orlando
Ontoseno
Total
Mean
3.2
3.1
2.2
Median
3.4
3.4
1.9
Mode
4.2
3.4
1.8
Standard Deviation
1.3
0.9
1.0
Sample Variance
1.6
0.8
1.1
Kurtosis
3.0
6.5
-0.2
Skewness
-1.6
-2.1
-0.4
Range
4.9
4.4
3.7
Minimum
0.0
0.0
0.0
Maximum
4.9
4.4
3.7
Sum
42.1
68.6
55.4
Count
13.0
22.0
25.0
Largest(1)
4.9
4.4
3.7
Smallest(1)
0.0
0.0
0.0
Confidence Level(95.0%)
0.5
0.3
0.4
Tabel 1. Gambaran Data Volume Ejakulat Semen Sapi Orlando dan Ontoseno Januari-Maret 2013 (dalam ml).

Disamping dipengaruhi oleh bangsa volume semen juga dipengaruhi oleh umur dan bobot badan yang berkaitan dengan proses reproduksi sapi jantan. Kisaran umur dari kedua ekor sapi yang diteliti, yaitu sapi Orlando dan Ontoseno pada umur 36 bulan (3 tahun), menunjukkan telah mencapai pubertas sehingga menghasilkan volume semen yang relatif sama. Linsday et al. (1982) menyatakan bahwa umur pubertas sapi jantan berkisar antara 10-12 bulan untuk memproduksi cukup sperma dan dewasa tubuh pada 36 bulan. Chenoweth (1992) menyatakan bahwa pada umur 24 bulan sapi jantan dapat dimasukkan ke dalam kategori pemeriksaan fisik untuk mengetahui Bibit potensial karena proses reproduksi sapi jantan telah matang dalam memproduksi semen.

Grafik 1. Volume Ejakulat Semen Sapi Orlando dan Ontoseno Januari-Maret 2013 (dalam ml).

Rata-rata bobot badan sapi Orlando 600 kg dan Ontoseno 780 kg (Tabel 2). Sato (1992) menyebutkan bahwa bobot badan sapi jantan berhubungan erat dengan ukuran testis, pejantan dengan volume testis dan lingkaran skrotum lebih besar menghasilkan sperma yang juga lebih banyak. Salisbury dan Van Demark (1985) menyatakan bahwa semakin tinggi berat badannya, semakin tinggi pula berat testisnya karena kelenjar aksesoris yang menghasilkan plasma semen juga berkembang. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Lindsay et al. (1982) bahwa ukuran testis mempengaruhi volume semen yang dihasilkan. Metode penampungan semen dan frekuensi ejakulasi pejantan yang relatif sama tidak menyebabkan perbedaan volume semen yang dihasilkan antar bangsa. Toelihere (1985) menyebutkan bahwa metode vagina buatan umum digunakan untuk penampungan semen karena lebih mendekati bentuk vagina alami, sehingga kualitas semen yang diejakulasikan lebih optimal. Menurut Masuda (1992), frekuensi ejakulasi mempengaruhi volume semen, dimana ejakulasi 2 kali sehari setiap 2-4 hari mampu menghasilkan volume semen yang optimal.

Prestimulasi yang relatif sama tidak menyebabkan perbedaan volume semen yang dihasilkan oleh kedua ekor sapi. Hal ini sesuai yang dinyatakan oleh Malore dan Laing (1979) bahwa prestimulasi yang cukup pada saat penampungan dapat meningkatkan volume tanpa menurunkan konsentrasi. Lebih lanjut dijelaskan oleh Salisbury dan Van Demark (1985) bahwa false mount (menaikturunkan pejantan tanpa ejakulasi), mengganti teaser, dan menciptakan suasana tenang di sekitar tempat penampungan dapat meningkatkan libido pejantan. Selain itu, kemungkinan kedua ekor sapi mempunyai daya adaptasi yang sama dengan iklim di Indonesia, faktor pakan, dan kondisi tempat penampungan yang sama sehingga volume semen tidak berbeda antar bangsa.

Nama
Kode
Berat-badan (kg)
Orlando
21003
600
Ontoseno
21004
720
Tabel 2. Berat Badan Sapi PO UPTD BPBPTDK periode Januari-Maret 2013

Bangsa Sapi dan Volume Semen
Rata-rata volume semen yang dihasilkan oleh individu tiap ekor sapi potong dapat dilihat pada table 1. Volume semen tidak berbeda nyata antara sapi Orlando dengan Ontoseno. Volume semen yang dihasilkan oleh sesuai dengan pendapat Almquist (1968) sebanyak 8 ml dengan kisaran 2 ml – 15 ml. Bhattacharya (1968) menyatakan bahwa karakteristik semen tidak berbeda nyata pada satu spesies, tetapi bervariasi diantara individu dalam spesies yang sama. Salisbury dan Van Demark (1985) menjelaskan bahwa variasi sifat, termasuk volume semen terdapat diantara individu dalam hewan sejenis. Rata-rata volume semen individu sapi Orlando 3,0±1,3 ml dan sapi Ontoseno 3,0 ± 0,9 ml.

Kedua ekor sapi menghasilkan rata-rata volume semen yang tidak berbeda nyata. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh umur Orlando dan Ontoseno yang relatif sama sehingga volume semen sama besar. Seperti dinyatakan oleh Almquist (1968) bahwa umur mempengaruhi volume semen dan Sorensen (1979) yang menyatakan bahwa individu yang berumur lebih muda cenderung menghasilkan volume semen lebih banyak kemudian berangsur-angsur menjadi sedikit seiring dengan penambahan jaringan testis. Selain itu, kemungkinan juga disebabkan oleh lebih banyak plasma semen yang dihasilkan oleh kelenjar aksesoris. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sato (1992) bahwa cairan kelenjar aksesoris mendukung sebagian besar volume semen. Hal ini juga kemungkinan disebabkan umur dan bobot badan yang relatif sama dari kedua ekor sapi sehingga volume semen yang dihasilkan relatif sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury dan Van Demark (1985) bahwa volume semen yang dihasilkan sapi jantan sesuai dengan umur, besar tubulus seminiferus, kesehatan reproduksi dan frekuensi ejakulasi pejantan.

Bangsa Sapi dan Konsentrasi Sperma
Rata-rata konsentrasi sperma sapi Orlando sebesar 1,8±0,2 milyar/ml dengan kisaran 1,5-2 milyar/ml, sapi Ontoseno sebesar 1,7±0,2 milyar/ml dengan kisaran 1,5-2 milyar/ml. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan Perry (1968) bahwa konsentrasi sperma jantan 1,2 milyar /ml dengan kisaran 0,4-2 milyar/ml.

Konsentrasi sperma kedua ekor sapi tidak berbeda nyata. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh spesies sama, umur telah mencapai pubertas sehingga proses reproduksi sapi jantan telah optimal, baik pada organ reproduksi primer (testis), maupun pada kelenjar aksesoris juga dimungkinkan tidak berbeda. Menurut Salisbury dan Van Demark (1985), konsentrasi sperma akan mengikuti perkembangan seksual dan kedewasaan, kualitas pakan yang diberikan, kesehatan alat reproduksi, besar testes, umur dan frekuensi ejakulasi pejantan. Ada kecenderungan variasi sifat pada individu satu jenis hewan.

Parameter
Orlando
Ontoseno
Total
Mean
1.8
1.7
1.0
Median
1.8
1.6
0.9
Mode
1.5
2.0
0.8
Standard Deviation
0.2
0.2
0.5
Sample Variance
0.1
0.1
0.3
Kurtosis
-2.2
-2.0
0.2
Skewness
-0.1
0.3
0.2
Range
2.0
2.0
1.9
Minimum
1.5
1.5
0.0
Maximum
2.0
2.0
1.9
Sum
15.8
27.6
21.7
Count
9.0
16.0
22.0
Largest(1)
2.0
2.0
1.9
Smallest(1)
1.5
1.5
0.0
Confidence Level(95.0%)
0.1
0.1
0.2
Tabel 3. Gambaran Data Konsentrasi Ejakulat Semen Sapi Orlando dan Ontoseno Januari-Maret 2013 (dalam 109/ml).

Konsentrasi sperma kedua ekor sapi yang sama mungkin disebabkan oleh pakan, adaptasi dengan lingkungan tropis, frekuensi ejakulasi, metode penampungan semen termasuk di dalamnya prestimulasi yang cenderung sama sehingga konsentrasi sperma yang dihasilkan juga tidak berbeda. Partodiharjo (1982) menyebutkan bahwa konsentrasi sperma dipengaruhi oleh prestimulasi yang cukup. Hal ini disebabkan oleh rangsangan seksual yang lebih lama menyebabkan kontraksi otot-otot polos ampula dan uretra lebih kuat sehingga konsentrasi sperma lebih tinggi. Sorensen (1979) dan Hafez et al (2000) menyatakan bahwa kriteria semen pejantan yang memuaskan memiliki konsentrasi sperma > 0,5 milyar/ml.
Grafik 1. Konsentrasi Ejakulat Semen Sapi Orlando dan Ontoseno Januari-Maret 2013 (dalam 109 / ml).

Pengaruh individu tiap bangsa sapi terhadap konsentrasi sperma
Menurut Almquist (1968) rata-rata konsentrasi sperma yang dihasilkan oleh individu tiap sapi potong yaitu 1,200 milyar/ml dengan kisaran 0,4-2 milyar/ml. Berdasarkan tabel statistik, konsentrasi sperma yang dihasilkan tidak berbeda nyata, yaitu pada sapi Orlando sebesar 1,8±0,2 milyar/ml dengan kisaran 1,5-2 milyar/ml dan sapi Ontoseno sebesar 1,7±0,2 milyar/ml dengan kisaran 1,5-2 milyar/ml.
Konsentrasi sperma yang sama antara sapi Orlando dengan Ontoseno dipengaruhi oleh genetis individu untuk menghasilkan sperma berkonsentrasi tinggi dengan volume yang rendah. Seperti pernyataan Toelihere (1981) bahwa semen sapi cenderung mempunyai volume yang rendah dengan konsentrasi yang tinggi. Hal ini mungkin berkaitan dengan pernyataan Sato (1992) bahwa produksi sperma harian yang dihasilkan oleh sepasang testis berkaitan dengan berat testis. Lebih lanjut dijelaskan bahwa efisiensi produksi sperma selama hampir masa hidup reproduksinya relative seragam dari seekor pejantan.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata volume ejakulat semen sapi Orlando 3,2±1,3 ml dan sapi Ontoseno 3,1±0,9 ml. Sedangkan rata-rata konsentrasi sapi Orlando 1,8 x 109 sperma/ ml dan sapi Ontoseno 1,7 x 109 sperma/ ml. Disimpulkan bahwa volume semen dan konsentrasi sperma antara Orlando dan Ontoseno bulan Januari-Maret 2013 tidak berbeda nyata.




DAFTAR PUSTAKA

Almquist, J.O. 1968. Dairy Cattle. In : E.J.Perry (Ed.). The Artificial Insemination of Farm Animals. Fourth Revised Edition, Rutgers University Press, New Jersey.
Bhattacharya, P. 1968. Buffaloes. In : E.J.Perry (Ed.). The Artificial Insemination of Farm Animals. Fourth Revised Edition, Rutgers University Press, New Jersey.
Chenoweth, P.J. 1992. Semen Evaluation. College of Vet Med, K State.
Dinas Pertanian DIY. 2005. Budidaya Sapi Potong. Pemda DIY
Hafez E.S.E. 1993. Anatomy of male reproduction. In. E.S.E Hafez (Ed). Reproduction in Farm Animals. Sixth Edition, Lea and Febiger, Philadelphia. Hafez, B., R.L. Ax, M. Dally, B.A. Didion, R.W. Lenz, C.C. Love, D.D. Varner da M.E. Berlin. 2000. Semen evaluation. In : E.S.E. Hafez (Ed.). Reproduction in Farm Animals. Seventh Edition, Lea and Febiger, Philadelphia.
Lasley, J.F dan J.R Campbell. 1997. The Science of Animals that Serve Mankind Second Edition, Mc. Graw-Hill Publishing Company Limited, New York.
Lindsay, D.R., K.W. Enswinstle, and A. Winantea. 1982. Reproduction in Domestic Livenstock in Indonesia. Australian Universities International Semen Volume and Sperm Concentration of Beef Cattle [Sumeidiana et al.] 137 Development Program (AUIDP), Melbourne.
Partodihardjo,S 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya, Jakarta
Perry, E. J. 1968. Factors influencing the quality of semen. In : E.J.Perry (Ed) .The Artificial Insemination of Farm Animals. Fourth Revised Edition, Rutgers University Press, New Jersey.
Masuda, H. 1992. Reproductive function of male livenstock and semen phisiology. In : S. Kudo (Ed.). Artificial Insemination Manual for Cattle. Association of Livesto ck Technology, Nikkapu.
Malore, D.R. dan Laing, J.A. 1979. The characteristic of normal semen. In : J.A. Laing (Ed.). Fertility and Infertility in Domestic Animals, Second Edition, Bailliere Tindall and Cassell, London.
Salisbury, G.W., dan N.L. Van Demark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Universitas Gajdah Mada Press, Yogyakarta (Diterjemahkan oleh R. Djanuar).
Sato, L, 1992. Anatomy of Reproductive System. In : S. Kudo (Ed.). Artificial Insemination Manual for Cattle. Association of Livestock Technology, Nikkapu.
Sorensen, A.M. 1979. Animal Reproduction : Principle and Practice. Mc Graw-Hill Book Company, New York.
Steel, R.G.D. and J.H. Torrie,. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika : Suatu Pendekatan Biometrik. Edisi Kedua, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta (Diterjemahkan oleh B. Sumantri).
Sudjana. 1982. Disain dan analisis Eksperimen. Tarsito, Bandung.
Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung.
Toelihere, M.R. 1985. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa, Bandung.
Williamson, G dan W.J.A. Payne. 1993. Ilmu Peternakan di Daerah Tropis. Gajah Mada University Press, Yogyakarta (Diterjemahkan oleh SGND. Darmadja).





Kekuatan dunia maya

Era kini cukup klik dan tap tablet atau androidmu maka semua bisa kamu dapatkan.
Mau beli barang? bisa
Mau cari ojek atau taxi? bisa
Mau beli baju? bisa
mau kabar temen2? bisa

Khawatir, lama-lama takziah hanya lewat hp
buka puasa bersama cukup lewat chating
rapat kantor cukup via web cam
bayar apa-apa cukup klik

lama-lama
bank tutup
warung tutp
toko tutup

ke pantai asik main hp
di kantor asik main hp
makan asik pegang hp
di masjid pun masih asik main hp

lama-lama hp jadi kebutuhan primer manusia setara air dan atau oksigen


Tuesday, April 5, 2016

Pengalaman Jadi Juri Lomba Peternakan DIY 2016

Bismillah. Assalamu'alaikum wrwb selamat malam bloger saya akan bercerita sedikit tentang pengalaman sya menjadi tim penilai lomba kelompok ternak tingkat DIY 2016. yap,alhamdulillah tahun ini saya diamanahi lagi menjadi tim penilai lomba peternakan tingkat DIY untuk ke 4 kalinya. Saya pernah diamanahi tugas yang sama tahun 2012, 2013, 2014 dan 2016 ini. Tahun 2012 saya menjadi tim penilai kelompok ayam, tahun 2013 kelompok sapi, tahun 2014 dokter hewan dan tahun 2016 ini kelompok sapi lagi. lomba kelompok ternak dan petugas ini rutin dilaksanakan oleh bid peternakan Dinas Pertanian DIY melalui anggaran DK APBN 2016. Lomba ini diiikuti 1 kelompok/1 petugas dari masing-masing kabupaten/kota di DIY yaitu Sleman, Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul dan Yogyakarta. Kelompok ternak yang dilombakan adalah sapi potong dan kambing, sedangkan petugas dokter hewan dan inseminator. juara lomba ini akan dikirim ke tingkat pusat untuk berlomba tahun berikutnya. Hari ini merupakan hari pertama tim penilai bertugas. Ohya hari ini merupakan hari pertama tim melaksanakan tugasnya, menilai kelompok sapi potong Lembu Karya di Berbah Sleman. secara umum kelompok ini cukup baik dan maju dengan organisasi kelompok yang dinamis. kelompok beranggotakan 30 orang dengan populasi 135 ekor yang didominasi 90an betina dan 95% sapi lokal. kelompok memiliki kandang koloni seluas 3000 m dan lahan hijauan 4.000 m.Kelompok memiliki unit pengolah pupuk organik yang berkontribusi besar pada pemasukan kelompok serta unit pengolah biogas. secara umum ketersediaan pakan hijauan melimpah serta ada beberapa anggota yang mengolah pakan dalam bentuk fermentasi.kendala terbesar yang saya temui adalah kasus repeat breeder yang mencolok serta pencatatan yang kurang rapi terutama populasi. selain itu dibeberapa titik sapi, kandang dan lingkungan terlihat kotor dan becek. Kondisi organisasi kelompok relatif maju dengan adanya pertemuan rutin dan pemeriksaan kesehatan per 6 bulan. kelompok juga beberapa kali sudah mendapatkan bantuan da tampaknya hal ini berdampak postif untuk kelompok.