Showing posts with label sapi. Show all posts
Showing posts with label sapi. Show all posts

Monday, January 9, 2017

Potensi Bisnis 28 Jenis Hewan yang Menggiurkan


Indonesia adalah negara yang dianugerahi sumber daya alam melimpah. Sebagian masyarakat Indonesia bekerja sebagai peternak. Lokasi geografis Indonesia terdiri dari dua musim sehingga menunjang perkembangan hewan ternak. Hewan ternak yang hidup di Indonesia umunya adalah hewan yang bisa dijadikan sebagai peluang bisnis.



Saat ini Indonesia memerlukan lebih dari 10.000 pengusaha baru untuk membantu menaikkan perekonomian warga Indonesia. Karena sampai saat ini pengusaha yang ada di indonesia baru mencapai 2% dari seluruh total jumlah penduduk indonesia.

Tuesday, September 27, 2016

Proses Pembentukan Sperma (Spermatogenesis)

Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma yang terjadi di epitelum (tubuli) seminefri dibawah kontrol hormon gonadothropin dan hipofisis (pituitaria bagian depan). Tubuli seminefri ini terdiri atas sel setroli dan sel germinalis. Spermatogenesis terjadi dalam tiga fase, yaitu fase spermatogonial, fase meiosis, dan fase spermiogenesis yang membutuhkan waktu 13-14 hari (Yuwanta, 2004). Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal : spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan, yaitu testis tepatnya di tubulus seminiferus. Sel spermatozoa, disingkat sperma yang bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis melewati  sebuah proses kompleks. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel germinal yang disebut spermatogonia (jamak). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapis luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap – tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.

Sperma sebagian besar terdiri dari:
1. Deoxyribonucleoprotein yang terdapat dalam nucleus yang merupakan kepala dari sperma. Nucleoprotin dalam inti  sperma semua spesies, terbentuk oleh asam deoxyribonucleus yang terikat pada protein. Akan tetapi pada spesies-spesies itu nucleoprotein-nucleoprotein-nucleoprotein tidak identik satu sama lain, melainkan ada perbedaan – perbedaannya yaitu terutama pada 4 bagian pokok ialah adenine, quinine, oxytosine, dan thymine.
2.   Muco-polysaccharide yang terikat pada molekul-molekul  protein terdapat di-acrosome, yaitu bagian pembungkus kepala. Polysaccharide yang terdapat pada acrosome ini mengandung 4 macam gula – gula yaitu : fucose, suatu methylpentose, galactose, mannose dan hexosamine. Keempat unsur gula-gula ini terikat pada protein sehingga member reaksi pada zat warna asam, yaitu PAS (Periodic Acid Schiff). Fungsi dari muco-polysaccharide yang terikat pada molekul protein dalam metabolisme sperma tidak diketahui.
3.  Plasmogen atau lemak aldehydrogen yang terdapat di bagian leher, badan dan ekor dari sperma, merupakan bahan yang dipergunakan oleh sperma itu untuk respirasi endogen.
4.   Protein yang menyerupai keratin yang merupakan selubung tipis yang meliputi seluruh badan, kepala dan ekor sperma. Protein ini banyak mempunyai ikatan dengan unsure zat tanduk yaitu S (sulfur). Protein ini terutama banyak terdapat pada membran sel – sel dan fibril – fibrilnya. Mungkin protein yang mengandung banyak S ini bertanggung jawab terhadap sifat elastisitas permukaan sel sperma itu.
5.  Enzim dan co-enzim. Sperma mengandung bermacam - macam enzim – enzim dan co-enzim yang pada umumnya digunakan untuk proses hidrolisis dan oksidasi. Misalnya semua enzim dan co-enzim yang diperlukan dalam siklus glikolisis ada pada sel sperma. Sel sperma juga mengandung yaluronidase yang diduga berada dekat sekali ke permukaan sel, sehingga setiap saat dapat dilepaskan ke medium sekitarnya (Partodihardjo, Soebadi. 1980).
         Ciri utama spermatozoa adalah motilitas yang digunakan sebagai patokan paling sederhana dalam penilaian kualitas semen. Persentase spermatozoa motil (bergerak progresif) dapat digunakan sebagai ukuran kesanggupan untuk membuahi ovum (SETIADI cit Pamungkas, 2008). Motilitas dipengaruhi oleh umur sperma, maturasi sperma, penyimpanan energi (ATP), agen aktif, biofisik dan fisiologik, cairan suspensi dan adanya rangsangan atau hambatan (HAFEZ cit Pamungkas, 2008).

1.   PROSES PEMBENTUKAN SPERMATOGENESIS

Spermatogenesis merupakan proses pembentukan spermatozoa. Proses ini dimulai dengan sel benih primitif, yaitu spermatogonium. Pada saat terjadinya perkembangan sel kelamin, sel ini mulai mengalami mitosis, dan menghasilkan generasi sel-sel yang baru. Sel-sel yang baru dibentuk dapat mengikuti satu dari dua jalur. Sel-sel ini dapat terus membelah sebagai sel induk, yang disebut spermatogonium tipe A, atau dapat berdeferensiasi selama siklus mitosis yang progresif menjadi spermatogonium B. Spermatogonium B merupakan sel progenitor yang akan berdeferensiasi menjadi spermatosit primer. Segera setelah terbentuk, sel-sel ini memasuki tahap profase dari pembelahan meiosis pertama. Spermatosit primer merupakan sel terbesar dalam garis keturunan spermatogenik ini dan ditandai dengan adanya kromosom dalam berbagai tahap proses penggelungan di dalam intinya (Fawcett, 2002). 

SPERMATOGENESIS (PROSES PEMBENTUKAN SPERMA)
Tahapan pembentukan spermatogenesis (Junqueira et al, 2007).

Dari pembelahan meiosis pertama ini timbul sel berukuran lebih kecil yang disebut spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder sulit diamati dalam sediaan testis karena merupakan sel berumur pendek dan berada dalam tahap interfase yang sangat singkat dan dengan cepat memasuki pembelahan meiosis kedua. Pembelahan spermatosit sekunder menghasilkan spermatid. Karena tidak ada fase-S (sintesis DNA) yang terjadi antara pembelahan meiosis pertama dan kedua pada spermatosit, jumlah DNA per sel berkurang setengah selama pembelahan kedua ini, yang menghasilkan sel haploid (n). Oleh karena itu, proses meiosis menghasilkan sel dengan jumlah kromosom haploid. Dengan adanya pembuahan, sel memperoleh kembali jumlah diploid yang normal (Junqueira et al., 2007).
Pada proses spermatogenesis terjadi proses - proses dalam istilah sebagai berikut :  
a. Spermatositogenesis (spermatocytogenesis) adalah tahap awal dari spermatogenesis,  yaitu peristiwa pembelahan spermatogonium menjadi spermatosit primer (mitosis), selanjutnya spermatosit melanjutkan pembelahan secara meiosis menjadi spermatosit sekunder dan spermatid. Istilah ini biasa disingkat proses pembelahan sel dari spermatogonium menjadi spermatid.
b.   Spermiogenesis (spermiogensis) adalah peristiwa perubahan spermatid menjadi sperma yang dewasa. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari. Terbagi menjadi tahap 1) Pembentukan golgi, axon ema dan kondensasi DNA, 2) Pembentukan cap akrosom, 3) pembentukan bagian ekor, 4) Maturasi, reduksi sitoplasma difagosit oleh sel Sertoli.
c.   Spermiasi (Spermiation) adalah peristiwa pelepasan sperma matur dari sel sertoli ke lumen tubulus seminiferus selanjutnya ke epididimidis. Sperma belum memiliki kemampuan bergerak sendiri (non-motil). Sperma non motil ini ditranspor dalam cairan testicular hasil sekresi sel Sertoli dan bergerak menuju epididimis karena kontraksi otot peritubuler. Sperma baru mampu bergerak dalam saluran epidimis namun pergerakan sperma dalam saluran reproduksi pria bukan karena motilitas sperma sendiri melainkan karena kontraksi peristaltik otot saluran.
Ada dua fase atau tahap spermatogenesis :
1)   Fase spermatocytogenesis, yaitu fase pertumbuhan jaringan spermatogenik dengan pembelahan sederhana.
2)   Fase spermiogenesis, yaitu fase terjadinya peristiwa metamorfosis atau perubahan bentuk dari spermatid menjadi spermatozoa muda dan sempurnaa.
Spermatogenesis atau proses pembentukan sperma terjadi di dalam testis, tepatnya pada tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel. Hal ini bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal atau sel epitel benih yang disebut spermatogonia. Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri. Sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.

Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia yang bersifat diploid berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Setelah beberapa minggu, setiap spermatosit primer membalah secara meiosis membentuk dua buah spermatosit sekunder yang bersifat haploid. Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk empat buah spermatid. Spermatid merupakan calon sperma yang belum memiliki ekor dan bersifat haploid. Setiap spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa atau sperma. Proses perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi.
Spermatogonium berubah menjadi spermatosit primer melalui pembelahan mitosis. Selanjutnya, spermatosit primer membelah diri secara miosis menjadi dua spermatosit sekunder yang haploid dan berukuran sama. Spermatosit sekunder mengalami pembelahan meiosis dua menghasilkan empat spermatid. Spermatid adalah calon sperma yang belum berekor. Spermatid yang telah mempunyai ekor disebut sperma. Pada manusia spermatogenesis berlangsung lebih kurang 16 hari. Selama spermatogenesis, sperma menerima bahan makanan dari sel-sel sertoli. Sel sertoli merupakan tipe sel lainnya di dalam tubulus seminiferus.

2.   HORMON YANG BERPENGARUH DALAM PROSES SPERMATOGENESIS
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon, diantaranya
a.   Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle Stimulating Hormon/ FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormon/ LH).
b.   LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen/ testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
c.   FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai spermatogenesis.  
d.   Hormon pertumbuhan, secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
Semua proses spermatogenesis dikontrol oleh sistem endokrin, yaitu oleh hormon gonadothropin seperti hormon FSH, ICGSH dan androgen. Rangkaian kejadian pengendalian hormon terhadap spermatogenesis pada sapi jantan adalah
a.   Sapi jantan pada waktu pubertas dicapai hormon FSH mempengaruhi sel Leydig untuk menghasilkan hormon androgen (hormon jantan).
b.   Androgen membuat epitel germinalis dari tubulus seminifrus bereaksi terhadap FSH.
c.  FSH menyebabkan dimulainya spermatogenesis dengan adanya pembelahan sel di spermatogonia.
d.   Spermatogenesis diatur oleh FSH, LH dan androgen serta estrogen.
e.   Androgen terhadap seluruh organ kelamin jantan membantu mempertahankan kondisi yang optimum terhadap spermatogenesis, transportasi spermatozoa dan penempatannya di daerah yang terjadi pembuahan.

Sumber:
Fawcett, Don W. 2002. Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC 423-501.
Junqueira, L. C., Jose Carneiro, Robert O. K. 2007. Histologi Dasar edisi ke-8. Jakarta: EGC. Hal 419-432.
Partodiharjo, Soebadi. 1980. Pemulia Biakkan Ternak Sapi. PT Gramedia, Jakarta.
Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta: Kanisius.

Friday, September 23, 2016

SAPI BRAHMAN


Dari sekian banyak jenis sapi potong, kali ini kita akan membahas sapi yang cukup terkenal dari kalangan sapi potong yang ada, yaitu sapi Brahman. Sesuai dengan namanya yang berbau hindu, sapi ini memang berasal dari Negeri India. Sapi Brahman adalah keturunan dari sapi Zebu atau Boss Indiscus, konon katanya sapi Brahman dulu tidak sebesar yang ada sekarang tapi berkat percobaan dan perkembangan dari para peternak maka di dapatkanlah sapi Brahman yang berkualitas dan berbobot besar seperti sekarang.


Pada tahun 1849 sapi ini masuk ke Amerika dan berkembang pesat di sana, barulah kemudian di kembangkan untuk di seleksi dan setelah berhasil sapi ini di ekspor ke berbagai negara seperti ke Australia pada tahun 1933. Di sana sapi brahman di persilangkan dengan sapi Simental, Hereford, Limousin dan Shortthorn, sehingga terkenal Brahman Cross.  Sedangkan sapi Brahman baru masuk ke Indonesia sekitar tahun 1974 – 1985an, melalui program bantuan Asian Development Bank (ADB) dan menjadi jenis sapi yang cocok di kembangkan di Indonesia yang beriklim tropis.

Karakteristik

Ciri khas dari sapi Brahman adalah memiliki tanduk, punuk yang besar dan berkulit longgar bergelambir lebar dibawah lehernya sampai perut dengan banyak lipatan – lipatan. Telinganya panjang menggantung dan berujung runcing. Sapi ini adalah tipe sapi potong terbaik untuk di kembangkan karena memiliki persentase karkas yang mencapai 45 – 55 %.
Keistimewaan lain dari sapi Brahman ini adalah tidak terlalu selektif terhadap pakan yang di berikan, baik jenis pakan hijauan maupun pakan tambahan apapun akan di makannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi Brahman juga dikenal lebih kebal terhadap serangan serangga, mulai dari gigitan caplak dan nyamuk. Tahan terhadap penyakit, parasit bahkan kurangnya pakan.
Di india sendiri, sapi Brahman terkenal mampu beradaptasi dengan berbagai lingkungan. Daya tahan terhadap panasnya lebih baik dari sapi eropa lainnya. Ini di karenakan sapi brahman memiliki lebih banyak kelenjar keringat serta kulitnya yang berminyak, sapi ini mampu bertahan dari suhu panas tanpa gangguan selera makan maupun gangguan pada produksi susunya.
Sapi Brahman punya warna yang bervariasi dari abu – abu, putih, merah, coklat sampai hitam. Tetapi kebanyakan berwarna abu – abu muda dan abu – abu tua. Sapi jantan biasanya berwarna lebih tua dari sapi betinanya dan memiliki warna gelap didaerah sekitar leher, bahu dan paha bawah. Sapi Brahman memiliki ukuran tubuh yang cukup besar dengan bobot jantan dewasanya sekitar 800 – 1100 kg, sedangkan betina dewasanya berbobot sekitar 500 – 700 kg. Berat pedetnya (anakan) sekitar 30 – 35 kg dan dapat bertumbuh cepat, dengan pertambahan hariannya sekitar 0,83 – 1,5 kg.
Sapi Brahman punya sifat yang pemalu namun cerdas, serta dapat beradaptasi dengan lingkungannya yang bervariasi. Sapi ini suka menerima perlakuan yang halus dan dapat menjadi liar jika menerima perlakuan kasar.

Pemeliharaan sapi Brahman

Cara pemeliharaanya terbilang sama dengan sapi lain bahkan lebih mudah mengingat sapi Brahman bukan jenis yang sulit untuk di pelihara. beberapa hal yang perlu kalian ketahui saat memelihara sapi brahman

Kandang

Kandang sapi brahman bisa terbuat dari kandang permanen maupun dari bahan yang murah tetapi kuat seperti kayu maupun bambu. Bisa di buat terbuka maupun tertutup atau setengah terbuka, di sesuaikan saja bergantung daerahnya. Karena sapi Brahman tergolong sapi potong berukuran besar sediakan kandang berukuran 2 x 1,5 m untuk per ekor sapinya. Lantai kandang bisa di semen atau tanah yang di padatkan, yang terpenting jangan menimbulkan kebecekan karena kondisi lantai yang tidak rata.
Bersihkan kandang sapi secara rutin, jangan sampai tertumpuk kotoran dan sisa pakan berceceran di mana – mana. Kondisi ini memudahkan perkembang biakan peyakit yang tidak perlu, jadi bersihkan kandang dan bisa juga semprot kandang menggunakan desinfektan setelah masa panen, sebelum di taruh sapi baru atau bibitan.

Makanan

Seperti yang kita ketahui sapi jenis Brahman memang tidak terlalu selektif dalam soal pakan, jadi kita bisa berikan hijauan berupa rumputan maupun daun – daunan yang ada di sekitar kita. Tidak perlu membeli sehingga dapat menekan biaya produksinya. Seperti rumput gajah, rumput tebon yang berasal dari pohon tebu yang masih muda, jerami kering maupun jerami basah.
Tapi ada beberapa yang menyarankan untuk membuat pakan konsentrat untuk mempercepat penggemukan sapi, bisa gunakan konsentrat yang sudah jadi yang memang di khususkan untuk sapi. Atau agar lebih hemat bisa kita buat sendiri, bahannya menggunakan dedak padi, ampas tahu, ampas ketela dan garam. Cara pembuatannya: siapkan ember yang berisi 8 gayung air, tambahkan 3 sendok makan garam dapur, lalu tambahkan 1 gayung bekatul atau dedak padi. Kemudian campurkan ampas tahu dan ampas ketelanya lalu aduk sampai merata.
Taruh ember di dekat sapi dan biarkan sapi meminumnya, namun jika sapi tidak mau minum maka kita perlu memberikannya denagn cara mencombornya. Comboran sapi bisa kita buat dari batang bambu yang sudah di potong, lalu masukan comboran ke mulut sapi dan kita isi dengan racikan yang tadi sudah di buat.

Kesehatan

Berikan vaksinasi untuk penyakit berbahaya, menular dan sukar di sembuhkan seperti anthrax. Juga beri obat cacing setidaknya 1 tahun sekali, untuk mencegahnya cacingan. Selain jaga kebersihan kandang, jaga juga kebersihan sapi dengan memandikannya secara rutin paling tidak 3 hari sekali menggunakan sikat dan sabun.
Memelihara sapi perlu ketelatenan dan perhatian agar saat ada sapi yang memperlihatkan gejala yang kurang sehat, kita bisa langsung tanggap dan memisahkannya ke kandang karantina agar tidak menular pada sapi yang lainnya.
Saat di kandang sapi kita suka melihat ada lalat dan nyamuk yang suka menempel pada tubuh sapi, memang sapi Brahman tahan gigitan nyamuk tapi agar sapi merasa nyaman kita bisa lakukan pencegahan agar situasi ini tidak berkepanjangan. Dengan cara membuat diang, diang adalah campuran dari daun dan sekam padi yang kita bakar dan nantinya akan menghasilkan kepulan asap yang di gunakan untuk mengusir lalat dan nyamuk tersebut.

Harga pasaran

Sebagai sapi potong andalan di Indonesia dengan bobot yang besar tentunya harganyapun cukup besar juga, walaupun begitu tidak semahal sapi limousin kok. Sama seperti harga sapi pada umumnya, sapi Brahman pun di hargai bervariasi bergantung umur, bobot serta jenis kelaminnya.
Sapi Brahman bakalan di hargai berkisar 7 juta per ekornya, sedangkan untuk sapi Brahman yang bobotnya sekitar 325 – 400 kg di hargai sekitar 10,5 – 12,5 juta dan untuk sapi yang beratnya sekitar 450 kg di hargai sekitar 13,5 juta. Sedangkan untuk sapi Brahman dewasa yang bobotnya 500 kg atau lebih di hargai sekitar 19 – 21 juta.
Tapi, kisaran harga di atas berbeda – beda bergantung daerahnya dan harga tersebut sewaktu waktu bisa berubah apalagi menjelang hari raya seperti ini. Namun dengan adanya kisaran harga tersebut bisa di jadikan referensi atau patokan harga buat kamu yang mau membeli ataupun menjual sapi Brahman.

sumber :dogok.com

Monday, September 19, 2016

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

tentangternak.wordpress.com

Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar-besaran dan modern. Dengan skala usaha kecil pun akan mendapatkan keuntungan yang baik jika dilakukan dengan prinsip budidaya modern. Prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) membantu budidaya penggemukan sapi potong baik untuk skala usaha besar maupun kecil.

A. PENGGEMUKAN

Penggemukan sapi potong adalah pemeliharaan sapi dewasa dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging dalam waktu relatif singkat (3-5 bulan). Beberapa hal yang berkaitan dengan usaha penggemukan sapi potong adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong
Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

a. Sapi Bali
sapi bali sumber: agrobisnisinfo.com


Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan yang baru.







b. Sapi Ongole
sapi PO sumber: jualansapi.com

Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah.




c. Sapi Brahman
sapi brahman sumber : jualanternak.com

Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala. Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia.

d. Sapi Madura
sapi madura sumber: budaya.ijomuda.com

Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya pertambahan berat badan rendah.

e. Sapi Limousin
limousin sumber : situs peternakan.com

Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik

2. PEMILIHAN BAKALAN

Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman. Ciri-ciri bakalan yang baik adalah :

a. Berumur di atas 2 tahun;
b. Jenis kelamin jantan;
c. Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar;
d. Panjang badan minimal 170 cm;
e. Tinggi pundak minimal 135 cm;
f. Lingkar dada 133 cm;
g. Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus karena kurang pakan, bukan karena sakit);
h. Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus.
i. Kotoran normal.

C. TATA LAKSANA PEMELIHARAAN

1. Perkandangan.
sketsa kandang sapi potong sumber : jualansapi.com


Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 X 1,25 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan.

2. Pakan

Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dalam mulut dengan bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah melewati rumen.
Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan.

Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi.


 Mineral-mineral sebagai penyusun tulang, darah dan berperan dalam sintesis enzim, yaitu N, P, K, Ca, Mg, Cl dan lain-lain.Asam-asam amino, yaitu Arginin, Histidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai penyusun protein, pembentuk sel dan organ tubuh.


Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh sapi dari serangan penyakit. Asam – asam organik essensial, diantaranya asam propionat, asam asetat dan asam butirat.

D. PENGENDALIAN PENYAKIT

Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah :

Pemanfaatan kandang karantina. Sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.b. Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya. Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.

Vaksinasi untuk bakalan baru. Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax. Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain.

E. PRODUKSI DAGING

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging adalah
Pakan. Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas rendah.

Faktor Genetik.
Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi.
Jenis Kelamin. Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar.

Manajemen.
Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi tumbuh dengan sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi lebih singkat.

dirangkum dari berbagai sumber.