Setelah sebelumnya saya membahas Penyakit Bakterial pada Unggas dan Penyakit metabolisme pada unggas.
Pada kesempatan ini saya akan memaparkan beberapa penyakit unggas yang
disebabkan oleh protozoa. Penyakit tersebut antara lain:
Koksidiosis merupakan penyakit unggas yang dapat menyebabkan gangguan proses pencernaan atau adsorpsi zat makanan, dehidrasi, hilangnya darah dan meningkatnya kepekaan terhadap agen penyakit lain.
Etiologi
Koksidiosis ayam disebabkan oleh parasit protozoa dari genus Eimeria sp. Terdapat 9 spesies yang dikenal yaitu E. necatrix, E. tenella, E. acervulina, E. burnetti, E. maxima, E. mitis, E. mivali, E. praecox dan E. hagani
.
Oosit Eimeria sp berbentuk bundar dilapisi oleh 2 lapisan luar dan
dalam. Pada ujung terdapat mikropil disertai dengan tutup. Satu oosit
infektif mengandung 4 sporosit dan masing-masing sporosit mengandung 2
sporozoit.
Epidemiologi
Distribusi Geografis
Penyakit ini tersebar luas di dunia, dan di Indonesi bersifat endemis.
Jenis Unggas Terserang
Penyakit ini menyerang ayam dan jenis unggas lainnya. Semua strain dan kelompok umur peka. Wabah koksidiosis biasanya terjadi pada umur 3-6 minggu dan jarang terjadi pada umur kurang dari 3 minggu. Ayam budi daya dan petelur paling beresiko terserang karena paling lama berada dalam kandang.
Infeksi E. tenella, E. acevulina dan E. maxima terjadi pada umur 3-6 minggu. E. necatrix terjadi pada umur 8-18 minggu.
Cara Penularan
Penularan terjadi karena tertelannya oosit. Ayam yang terinfeksi menghasilkan oosit di dalam tinja dalam beberapa hari atau minggu. Ayam yang peka dalam flok yang sama dapat menelan oosit dan oosit dapat ditularkan secara mekanis oleh lalat atau tikus yang bertindak sebagai vektor mekanis, selain peralatan tercemar, burung liar dan debu.
Morbiditas dan Mortalitas
Ayam terserang ditandai dengan tiingkat morbiditas dan mortalitas bervariasi tergantung spesies Eimeria, jumlah oosit, dan lingkungan. Ayam yang diinfeksi dengan 100-200.000 oosit dari E. burnetti dapat menyebabkan kematian yang sedang. Bakteri yang ada dalam usus dilaporkan dapat memperberat lesi pada usus serta kematian ayam dari serangan koksidiosis.
Gejala Klinis
Gejala klinis yang dapat dilihat adalah turunnya nafsu makan, turunnya berat badan, konversi pakan rendah, ayam tampak kurus, pucat, bulu kusam dan kemudian diikuti dengan berak darah.
Diagnosa
Penyakit dapat didiagnosa berdasarkan epidemiologi, gejala klinis, patologis, isolasi dan identifikasi parasit. Berdasarkan lesi-lesi patologis dengan system skor yaitu lesi normal dengan skor 0 dan lesi yang hebat diberi skor 4+ (16), selanjutnya dilakukan pemeriksaan mikroskop.
Untuk isolasi di laboratorium jaringan, tinja atau litter diawetkan dalam potassium dichromate 2-4 %.
Diagnosa Banding
Penyakit yang mirip dengan koksidiosis adalah kolera unggas.
Pencegahan dan Pemberantasan
Ayam sakit dipisah dan alas kandang dibersihkan dengan mengganti litter baru. Kandang didesinfeksi dengan desinfektan yang mampu membunuh oosit seperti senyawa formalin, ammonium kuartener, asam sulfat, sulfat tembaga, kalium hidroksida dan kalium permanganate.
Ayam yang sakit dapat diobati dengan antikoksidiosis seperti diclazuril yang merupakan senyawa benzeneacetonitril dan diberikan dalam dosis 0,5-1,5 ppm, ammonium maduramicin 5-7 ppm, nitrofurazone 0,0055 %,asam arsanilat 0,04 % dan masih banyak lagi obat lainnya.
Vaksin untuk pencegahan penyakit ini telah dikembangkan dari oosit yang dilemahkan (Coccivac-style vaccine). Vaksin ini dapat diberikan melalui makanan atau minuman.
2. LEUCOCYTOZOONOSIS
Leucocytozoonosis merupakan penyakit protozoa yang menyerang darah dan sel jaringan organ dari ternak unggas.
Etiologi
Leucocytozoonosis disebabkan oleh parasit protozoa dari genus Leucocytozoon sp. Terdapat 6 spesies yang diketahui yaitu L. cauleryi, L. sabrasi, L. simondi, L. smithi dan L. schoutedeni.
Patogenesa
L. chauleryi hanya menyerang ayam dan yang berperan sebagai vektor adalah Culicoides arakawai, C. circumscriptus dan C. odibilis.
Kematian unggas disebabkan terjadinya penyumbatan pembuluh darah oleh parasit.
Epidemiologi
Distribusi geografis
Leucocytozoonosis tersebar luas di dunia. Di Jepang penyakit ini bersifat epizootic terutama pada musim panas. Di Indonesia terjadi hamper di seluruh daerah.
Jenis Unggas Terserang
Penyakit ini menyerang berbagai jenis unggas. L. cauleryi dan L. sabrezi menyerang ayam, C. simondi menyerang itik dan angsa. L. smithi menyerang kalkun.
Cara Penularan
Penularan terjadi secara tidak langsung, memerlukan induk semang antara yaitu serangga dari genus Culicoides terutama C. arakawai.
Morbiditas dan Mortalitas
Tingkat morbiditas pada ayam berumur di bawah satu bulan mencapai 80-100 % dan mortalitas 50-80 %, pada ayam dewasa morbiditas kurang dari 80 % dan mortalitas 5-13 %.
Gejala Klinis
Ayam-ayam terserang ditandai dengan nafsu makan menurun, depresi, anemia, leleran dari mulut, lumpuh, diare dengan tinja berwarna kuning kehijauan, muntah darah dan produksi telur serta daya tetas menurun.
Diagnosa
Penyakit dapat didiagnosa langsung dari pemeriksaan mikroskopis dan identifikasi gametosit dalam preparat ulas darah atau schizont di dalam jaringan yang diwarnai dengan brilliant cresyl blue.
Pencegahan dan Pemberantasan
Ayam terserang penyakit dipisah, kandang dibersihkan dan didesinfeksi. Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan klopidol 0,0125-0,0250 % yang dicampurkan dalam pakan, dan dilaporkan efektif untuk pengobatan L. chauleryi dan L. smithi.
Pemberian pyrimethamine 1 ppm dicampur dengan sulfonamide 10 ppm efektif untuk mencegah L. simondi. Pengendalian larva vector Simulium dan L. smithi dengan granul Abate Celatom dilaporkan efektif.
3. ASCARIASIS
Ascariasis merupakan salah satu penyakit parasit cacing nematode yang sangat merugikan pada ayam.
Etiologi
Ascariasis disebabkan oleh Ascaridia galli dari family Ascaridiidae. Ascaridia galli disebut juga Ascaridia lineate atau Hiterakis granulosa.
Cacing ini berbentuk gilik, besar, tebal dan berwarna putih kekuningan. Mempunyai kepala dengan 3 bibir besar. Cacing jantan mempunyai ukuran panjang 50-70 mm dan lebar 490 um sampai 1,21 mm.
Siklus Hidup
Telur cacing infektif menetas proventrikulus atau duodenum dari hospes yang peka. Larva yang baru menetas hidup bebas di dalam lumen bagian belakang duodenum. Cacing muda masuk ke dalam duodenum selama 17-18 hari dan tetap sampai dewasa, kira-kira 28-30 hari setelah ingesti telur berlarvae.
Larva dapat masuk ke dalam jaringan pada hari pertama dan tetap bertahan selama 26 hari setelah infeksi. Beberapa larvae ada yang masuk ke dalam jaringan. Pada kondisi suhu dan kelembaban optimum telur cacing yang jatuh menjadi infektif selama 10-12 hari
Epidemiologi
Distribusi Geografis
Ascariasis tersebar luas di dunia. Di Indonesia penyakit ini tersebar luas di seluruh daerah.
Jenis Unggas Terserang
Berbagai jenis unggas dapat terserang seperti ayam, itik, kalkun, angsa dan burung merpati. Kejadian penyakit ini pada ayam buras di Indonesia cukup tinggi.
Gejala Klinis
Ayam terinfeksi A. galli menunjukkan gejala kurus, berat badan turun dan produksi telur menurun, pertumbuhan terhambat, diare. Pada kasus yang berat dapat terjadi kematian.
Diagnosa
Penyakit ini dapat didiagnosa berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan tinja dengan mikroskop untuk mengidentifikasi cacing.
Diagnosa Banding
Penyakit ini dapat dikelirukan dengan beberapa penyakit seperti defisiensi vitamin, koksidiosis, taeniasis dan kolibasillosis.
Pencegahan dan Pemberantasan
Sanitasi kandang harus dijaga tetap bersih. Melakukan pengobatan dengan memberikan vitamin dan obat cacing seperti piperazin.
Distribusi Geografis
Penyakit ini tersebar luas di dunia, dan di Indonesi bersifat endemis.
Jenis Unggas Terserang
Penyakit ini menyerang ayam dan jenis unggas lainnya. Semua strain dan kelompok umur peka. Wabah koksidiosis biasanya terjadi pada umur 3-6 minggu dan jarang terjadi pada umur kurang dari 3 minggu. Ayam budi daya dan petelur paling beresiko terserang karena paling lama berada dalam kandang.
Infeksi E. tenella, E. acevulina dan E. maxima terjadi pada umur 3-6 minggu. E. necatrix terjadi pada umur 8-18 minggu.
Cara Penularan
Penularan terjadi karena tertelannya oosit. Ayam yang terinfeksi menghasilkan oosit di dalam tinja dalam beberapa hari atau minggu. Ayam yang peka dalam flok yang sama dapat menelan oosit dan oosit dapat ditularkan secara mekanis oleh lalat atau tikus yang bertindak sebagai vektor mekanis, selain peralatan tercemar, burung liar dan debu.
Morbiditas dan Mortalitas
Ayam terserang ditandai dengan tiingkat morbiditas dan mortalitas bervariasi tergantung spesies Eimeria, jumlah oosit, dan lingkungan. Ayam yang diinfeksi dengan 100-200.000 oosit dari E. burnetti dapat menyebabkan kematian yang sedang. Bakteri yang ada dalam usus dilaporkan dapat memperberat lesi pada usus serta kematian ayam dari serangan koksidiosis.
Gejala Klinis
Gejala klinis yang dapat dilihat adalah turunnya nafsu makan, turunnya berat badan, konversi pakan rendah, ayam tampak kurus, pucat, bulu kusam dan kemudian diikuti dengan berak darah.
Diagnosa
Penyakit dapat didiagnosa berdasarkan epidemiologi, gejala klinis, patologis, isolasi dan identifikasi parasit. Berdasarkan lesi-lesi patologis dengan system skor yaitu lesi normal dengan skor 0 dan lesi yang hebat diberi skor 4+ (16), selanjutnya dilakukan pemeriksaan mikroskop.
Untuk isolasi di laboratorium jaringan, tinja atau litter diawetkan dalam potassium dichromate 2-4 %.
Diagnosa Banding
Penyakit yang mirip dengan koksidiosis adalah kolera unggas.
Pencegahan dan Pemberantasan
Ayam sakit dipisah dan alas kandang dibersihkan dengan mengganti litter baru. Kandang didesinfeksi dengan desinfektan yang mampu membunuh oosit seperti senyawa formalin, ammonium kuartener, asam sulfat, sulfat tembaga, kalium hidroksida dan kalium permanganate.
Ayam yang sakit dapat diobati dengan antikoksidiosis seperti diclazuril yang merupakan senyawa benzeneacetonitril dan diberikan dalam dosis 0,5-1,5 ppm, ammonium maduramicin 5-7 ppm, nitrofurazone 0,0055 %,asam arsanilat 0,04 % dan masih banyak lagi obat lainnya.
Vaksin untuk pencegahan penyakit ini telah dikembangkan dari oosit yang dilemahkan (Coccivac-style vaccine). Vaksin ini dapat diberikan melalui makanan atau minuman.
2. LEUCOCYTOZOONOSIS
Leucocytozoonosis merupakan penyakit protozoa yang menyerang darah dan sel jaringan organ dari ternak unggas.
Etiologi
Leucocytozoonosis disebabkan oleh parasit protozoa dari genus Leucocytozoon sp. Terdapat 6 spesies yang diketahui yaitu L. cauleryi, L. sabrasi, L. simondi, L. smithi dan L. schoutedeni.
Patogenesa
L. chauleryi hanya menyerang ayam dan yang berperan sebagai vektor adalah Culicoides arakawai, C. circumscriptus dan C. odibilis.
Kematian unggas disebabkan terjadinya penyumbatan pembuluh darah oleh parasit.
Epidemiologi
Distribusi geografis
Leucocytozoonosis tersebar luas di dunia. Di Jepang penyakit ini bersifat epizootic terutama pada musim panas. Di Indonesia terjadi hamper di seluruh daerah.
Jenis Unggas Terserang
Penyakit ini menyerang berbagai jenis unggas. L. cauleryi dan L. sabrezi menyerang ayam, C. simondi menyerang itik dan angsa. L. smithi menyerang kalkun.
Cara Penularan
Penularan terjadi secara tidak langsung, memerlukan induk semang antara yaitu serangga dari genus Culicoides terutama C. arakawai.
Morbiditas dan Mortalitas
Tingkat morbiditas pada ayam berumur di bawah satu bulan mencapai 80-100 % dan mortalitas 50-80 %, pada ayam dewasa morbiditas kurang dari 80 % dan mortalitas 5-13 %.
Gejala Klinis
Ayam-ayam terserang ditandai dengan nafsu makan menurun, depresi, anemia, leleran dari mulut, lumpuh, diare dengan tinja berwarna kuning kehijauan, muntah darah dan produksi telur serta daya tetas menurun.
Diagnosa
Penyakit dapat didiagnosa langsung dari pemeriksaan mikroskopis dan identifikasi gametosit dalam preparat ulas darah atau schizont di dalam jaringan yang diwarnai dengan brilliant cresyl blue.
Pencegahan dan Pemberantasan
Ayam terserang penyakit dipisah, kandang dibersihkan dan didesinfeksi. Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan klopidol 0,0125-0,0250 % yang dicampurkan dalam pakan, dan dilaporkan efektif untuk pengobatan L. chauleryi dan L. smithi.
Pemberian pyrimethamine 1 ppm dicampur dengan sulfonamide 10 ppm efektif untuk mencegah L. simondi. Pengendalian larva vector Simulium dan L. smithi dengan granul Abate Celatom dilaporkan efektif.
3. ASCARIASIS
Ascariasis merupakan salah satu penyakit parasit cacing nematode yang sangat merugikan pada ayam.
Etiologi
Ascariasis disebabkan oleh Ascaridia galli dari family Ascaridiidae. Ascaridia galli disebut juga Ascaridia lineate atau Hiterakis granulosa.
Cacing ini berbentuk gilik, besar, tebal dan berwarna putih kekuningan. Mempunyai kepala dengan 3 bibir besar. Cacing jantan mempunyai ukuran panjang 50-70 mm dan lebar 490 um sampai 1,21 mm.
Siklus Hidup
Telur cacing infektif menetas proventrikulus atau duodenum dari hospes yang peka. Larva yang baru menetas hidup bebas di dalam lumen bagian belakang duodenum. Cacing muda masuk ke dalam duodenum selama 17-18 hari dan tetap sampai dewasa, kira-kira 28-30 hari setelah ingesti telur berlarvae.
Larva dapat masuk ke dalam jaringan pada hari pertama dan tetap bertahan selama 26 hari setelah infeksi. Beberapa larvae ada yang masuk ke dalam jaringan. Pada kondisi suhu dan kelembaban optimum telur cacing yang jatuh menjadi infektif selama 10-12 hari
Epidemiologi
Distribusi Geografis
Ascariasis tersebar luas di dunia. Di Indonesia penyakit ini tersebar luas di seluruh daerah.
Jenis Unggas Terserang
Berbagai jenis unggas dapat terserang seperti ayam, itik, kalkun, angsa dan burung merpati. Kejadian penyakit ini pada ayam buras di Indonesia cukup tinggi.
Gejala Klinis
Ayam terinfeksi A. galli menunjukkan gejala kurus, berat badan turun dan produksi telur menurun, pertumbuhan terhambat, diare. Pada kasus yang berat dapat terjadi kematian.
Diagnosa
Penyakit ini dapat didiagnosa berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan tinja dengan mikroskop untuk mengidentifikasi cacing.
Diagnosa Banding
Penyakit ini dapat dikelirukan dengan beberapa penyakit seperti defisiensi vitamin, koksidiosis, taeniasis dan kolibasillosis.
Pencegahan dan Pemberantasan
Sanitasi kandang harus dijaga tetap bersih. Melakukan pengobatan dengan memberikan vitamin dan obat cacing seperti piperazin.
No comments:
Post a Comment